Sorry for typo(s)
Keadaan pagi hari di kediaman keluarga Lee tidak berjalan seperti biasanya, tampak si kepala keluarga Lee itu menyedu kopi di sembari berjalan menuju ke kamarnya kembali, tangan satunya juga membawa teh panas dan menemukan sang istri tercinta masih terlelap tidur.
Guratan dahi sang suami terlihat menatap wajah istrinya, ia duduk di tepi ranjang dan tangannya terulur untuk mengusap lengan wanita tersebut. Lenguhan kecil terdengar bersamaan dengan dua bola mata yang terbuka.
"Hey," sapa sang suami seraya menunduk dan memberi kecupan pada keningnya.
"Oh, Ya Tuhan!" pekik Chae yong tiba-tiba, maniknya melihat jam digital di nakas, ia menghela napas panjang, "Maaf, aku kesiangan."
Jungjin membantu istrinya untuk duduk kemudian mengambil secangkir teh yang telah disiapkannya, "Tidak apa-apa," katanya, "Minum dulu."
Jemari sang suami masih mengusap rambut yang tampak berantakan tersebut, raut wajah lelah juga tergambar dari istrinya, "Kau tidak bisa tidur tadi malam?" tanyanya seraya menaruh kembali cangkir teh tersebut.
Kepala yang mengangguk itu menjawab pertanyaannya, helaan napas panjang juga terdengar yang mana membuat iba sang suami, baginya pekerjaan yang paling melelahkan adalah sebagai istri. Belum lagi menghadapi tiga anak laki-laki sekaligus.
"Semalam pikiranku kacau, aku tidak tahu kenapa. Semua laporan bahkan sudah kuselesaikan, anak-anak juga tidak ada yang bertengkar," lirihnya seraya mendongak untuk menatap sang suami, "Lalu aku memilih untuk menunggumu, tidak menyadari pukul berapa aku terpejam."
Memang tidak biasa Jungjin melihat sang isrru seperti ini. Chae yong akan selalu bangun paling awal dari yang lainnya, tetapi kantung di bawah mata itu mengatakan dengan jelas ada sesuatu yang dialami oleh wanita tercintanya tersebut.
Lelaki itu menyunggingkan senyum kecil, jemarinya meraih tangan sang istri dan menggenggamnya, "Hari ini aku tidak ada syuting. Jisung bisa bersamaku seharian ini dan nanti kujemput saat sekolah usai, kau siap-siap saja biar aku menyiapkan sarapan."
Sepuluh tahun pernikahan yang begitu indah dan semoga untuk selamanya bagi keduanya. Chae yong memberi kecupan singkat pada bibir sang suami, "Terima kasih," lalu mencubit pipi yang justru semakin kencang di usia kepala tiganya, "Suamiku yang terbaik."
Segera wanita itu beranjak dari ranjang dan berjalan menuju ke kamar mandi yang berada di dekat jendela. Jungjin juga keluar dari kamar menuju ke kamar anak-anak yang bersebelahan.
"Boys! Ayo sekolah!"
"NO!"
"Tidaaak!"
"J'sung YES!"
***
Mobil yang menuju ke sekolah itu tampak ramai oleh nyanyian dari tiga putra keluarga Lee, tak lupa sang ayah juga sebagai pemimpinnya melambaikan tangan seakan mereka berada di sebuah konser. Chae yong yang berada di sampingnya tertawa melihat tingkah empat laki-laki kesayangannya.
Pada saat keluar dari kompleks perumahan, Chae yong tak sengaja melihat ke luar jendela. Maniknya menangkap sosok anak kecil yang berjalan di pedestrian. Langkah pendeknya terlihat tertatih dan yang membuat hatinya berdenyut nyeri kala melihat tubuh itu sama sekali tidak dilindungi sebuah jaket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilecto✓
FanfictionTeruntuk kalian yang pantas dicintai. Termasuk dirimu, Na Jaemin.