Sorry for typo(s)
Sesuatu yang baru pasti membutuhkan waktu untuk terbiasa dengannya. Dari balik pintu kamar, Jaemin hanya mengamati aktivitas keluarga Lee di pagi hari. Dua orang dewasa itu tengah sibuk mempersiapkan anak-anak untuk berangkat sekolah, berbeda dengan Jisung yang tengah duduk di depan televisi dan sebuah toples berisikan kue cokelat kesukaannya.
Maniknya mengamati bagaimana Jungjin memakaikan dasi untuk si sulung, mengobrol seperti membahas sesuatu sambil tertawa. Chae Yong juga terkadang merapikan rambut Jeno dan memasukkan seragam yang memang sengaja dikeluarkan olehnya.
Bibirnya mengukir senyum, menutup kembali pintunya kemudian duduk di dekat jendela. Gulingnya sebagai alas di sana untuk melihat suasana pagi hari perumahan kompleksnya. Tak hanya keluarga Lee saja, para tetangga juga tidak berbeda jauh dengan mereka.
Rasa sesak tiba-tiba masuk dalam dadanya, kepalanya tertunduk dalam. Tidak pernah sekalipun Jaemin diperlakukan seperti demikian.
"Hyung!"
Sontak, ia menoleh dan mendapati si bungsu Lee tengah berlari sembari tersenyum sampai membuat dua bola mata itu tenggelam lucu, "Ayo sarapan!" tanpa menunggu jawaban, lengannya ditarik.
Jaemin tersenyum mengikutinya. Meja makan telah ramai di sana, Chae Yong melambaikan tangan dan menunjuk sebuah kursi di sampingnya.
"Jangan bersuara saat makan atau jatah menonton televisi akan berkurang sepuluh menit."
Ketiga putra Lee itu diam seketika seraya menegakkan badan, Jaemin tersenyum kecil bersama dengan Chae Yong. Setelahnya, mereka menghabiskan sarapan dengan tenang.
Sesekali, Chae Yong akan memberikan daging ke piringnya. Semua orang di sana telah menghabiskan makanan dengan baik, tetapi Jaemin hanya mampu makan dengan lima sendok saja.
"Tidak dihabiskan, Jaemin?"
Suara Jungjin membuatnya mendongak, bibir bawahnya digigit, "Disimpan untuk makan siang Jaemin saja."
Lengan Chae Yong mampir pada bahu kecilnya seraya mengusap pelan, "Tidak apa-apa, Sayang," kemudian menoleh pada anak-anaknya, "Sudah siap semuanya?"
Si sulung menganggukkan kepala dan mengambil ransel yang ada di bawah meja, begitupula Jeno. Berbeda dengan Jisung yang masih belum sekolah, perasaannya lebih bahagia kala Jaemin akan menemaninya hari ini.
"Jangan nakal ya, bersenang-senang dengan Jaemin hari ini."
"Siap, Mama!" lalu memberikan kecupan pada dua pipi wanita itu beralih pada sang ayah di sampingnya.
Chae Yong bersimpuh di depan Jaemin, jemarinya menyisir surai hitam iti dengan lembut, "Bersenang-senang hari ini bersama dengan Jisung, ya?"
Hanya anggukan menjadi jawabannya. Ya, dia berharap mimpi buruk tadi malam tidak akan datang lagi hari ini.
***
Siang itu, Jaemin dan Jisung hanya menghabiskan waktu bermain di ruang tamu. Satu kotak tempat mainan telah berserakan di lantai, Jaemin memungutinya dan mengembalikan di tempat semua lain halnya Jisung yang sudah tertidur pulas di lantai.
Tidak tega membiarkan si bungsu dengan posisi demikian, Jaemin membawa beberapa bantal dari kamar dan meletakkannya di samping Jisung. Setelah tenang melihat si bungsu nyaman, ia berjalan menuju ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilecto✓
FanfictionTeruntuk kalian yang pantas dicintai. Termasuk dirimu, Na Jaemin.