Sorry for typo(s)
Kegiatan untuk hari selanjutnya, pagi-pagi sekali Jaemin sudah selesai mandi dan meminta izin pada Perawat Cho yang sedang membersihkan kamarnya. Masih belum terbiasa dengan suara anak itu, sang perawat selalu saja terkejut mendengarnya.
"Jalan-jalan dengan beliau? Kau yakin?"
Kepalanya terangguk mengiyakan, berdiri di belakang Perawat Cho dengan kedua tangan yang menyilang di belakang tubuhnya, "Tidak pernah kalian mengajak beliau untuk keluar dari kamar?"
Wanita itu menghela napas panjang, ia berbalik menatap remaja manis di depannya seraya menggelengkan kepala.
"Bukannya tidak pernah, Jaemin. Beliau memang tidak ingin keluar, kehilangan bayi setelah melahirkannya sangat membuatnya terpukul. Dia takut jika hilang kembali."
Informasi tersebut membuatnya memahami sesuatu, kakinya berjalan menuju ke jendela lalu maniknya mengedar ke daerah luar. Baru disadari kamar sang ibu bisa terlihat dari tempatnya berdiri, beliau duduk di depan jendela sembari memeluk selimut bayi. Senyumannya terlihat begitu ceria yang mana membuat hati Jaemin berdenyut nyeri.
Tidak disangka jika kehidupannya akan berbalik seperti ini. Ketika hampir jatuh dalam lubang menyerah, Jaemin dibangkitkan kembali dengan kenyataan bahwa orang tua kandungnya masih ada dan bahkan menunggu dirinya.
Wanita yang melahirkannya begitu merasa kehilangan sampai akal sehatnya juga perlahan meninggalkan tubuhnya lalu sosok sang ayah yang juga merasakan kesedihan karena harus hidup sendiri tanpa istri yang menemani, pontang-panting mencari darah dagingnya yang diambil orang tak dikenal.
Maniknya terpejam kala mengingat pertemuan pertamanya dengan sang ayah. Dia bisa merasakan kesedihan di sana karena Nam Goong Min terus mengajaknya berbicara untuk menguatkan dirinya — supaya kembali menjadi Jaemin dahulu kala.
Jika sikapnya terus menuruti ego untuk menutup dari semua orang, bagaimana kedua orang tuanya yang sama memiliki kesedihan mendalam karena kehilangannya?
Setidaknya, Jaemin ingin mengembalikan sosok cantik yang melahirkan dirinya menjadi sedia kala untuk sang suami yang masih setia menunggunya.
"Baiklah, aku akan memberimu izin," senyum wanita itu tertoreh seraya menyentuh bahu Jaemin, "Jika sikapmu seperti ini terus, kau pasti akan cepat keluar dari sini."
Maniknya mengerjap, melupakan kemungkinan tersebut.
"Pukul berapa suaminya akan datang?"
Melihat jam yang ada di tangannya, Perawat Cho menjawab, "Biasanya pukul sepuluh pagi."
Dengan demikian, pemuda manis itu menganggukkan kepala dan berpamitan untuk menemui sang ibu di kamarnya. Dengan pakaian rumah sakitnya yang baru serta bersih dan untuk pertama kalinya, udara yang dihirupnya terasa lebih segar dari biasa.
Jantungnya juga berdegub kencang mengingat akan menghabiskan waktu bersama sosok asing yang ternyata begitu berharga pada kenyataannya. Sebelum mengetuk pintu, Jaemin mengintip terlebih dahulu di jendela.
Wanita itu tak sengaja menyadari kehadirannya, tak membuat mundur justru Jaemin mencoba untuk melambaikan tangannya yang mana dibalas oleh senyum manis dari sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilecto✓
FanfictionTeruntuk kalian yang pantas dicintai. Termasuk dirimu, Na Jaemin.