Ch.31: Mari Berbahagia

9.9K 1.6K 113
                                    

Persidangan dibuat versi piyelur, terima kasih.




Sorry for typo(s)







Meja makan di pagi hari keluarga Lee sudah dipenuhi oleh beberapa sajian makanan yang disediakan oleh Chae Yong. Sudah satu bulan berlalu semenjak guru sekolah dasar itu berhenti dari pekerjaannya, menuruti permintaan suami yang saat itu menaruh iba padanya karena harus melakukan pekerjaan dua kali lipat dari biasanya.



Sudah dari lama Jungjin meminta istrinya untuk berhenti, tetapi melihat bagaimana Chae Yong begitu menyukai anak-anak membuat lelaki itu mengurungkan niatnya. Namun, beberapa minggu ini kesehatan wanita itu menurun. Kedua putranya juga telah memintanya untuk di rumah saja atau berniat membuka toko roti.




Untuk permintaan terakhir, Chae Yong masih memikirkannya. Lebih dulu ia menyembuhkan diri lalu menghabiskan waktu bersama anak-anak yang sekarang sudah tumbuh dewasa.





"Mama!"




Teriakan si bungsu mengalihkan perhatiannya, wajah menggemaskan Jisung menekuk kesal serta hentakan kakinya yang menampilkan suasana hatinya. Berdiri di hadapan Chae Yong, putranya masih menautkan kedua alisnya dengan bibir mengerucut.




"Tidak bisa tukar saudara, begitu? Aku semakin yakin kalau Jeno hyung bukan kakakku, Mama menemukan dia di mana, sih? Menyebalkan sekali! Mendengar suara napasnya saja membuat aku kesal!"




Wanita itu tertawa kecil sembari menggelengkan kepala, meletakkan piring sesuai posisi duduknya.




"Ada apa lagi? Apa yang kalian ributkan pagi ini?"



"Parfumku habis, Mama!" rengek si bungsu seraya menunjukkan botol parfum dengan isi yang hampir mendekati kosong, "Katanya bau tidak enak, tapi selalu menggunakan milikku! Aku ingin ikut Mark hyung!"



Chae Yong hanya menggelengkan kepalanya, selalu saja mendapat cerita dari Jisung tentang kelakuan Jeno padanya. Namun, sikap keduanya yang membuat suasana rumah menjadi hidup. Meja makan akan selalu ramai dengan sang suami yang menanyakan bagaimana harinya anak-anak selama kedua orang tuanya bekerja.




"Dasar tukang mengadu!" suara Jeno menyela yang baru keluar dari kamar, jemarinya mengusak rambut hitam sang adik.



Dengkusan kasar dari Jisung menjawab candaan tersebut, memasukkan botol parfumnya kembali ke dalam tas lalu mengikuti untuk duduk di kursi meja makan.



Diikuti langkah sepatu sang ayah dari arah dapur sembari membenarkan posisi dasi miliknya, lengannya melingkar pada pinggang sang istri dan memberi kecupan pada keningnya.




"Sehari menjadi kakak adik yang akur tidak bisa ya kalian?"



"Tidak."


"Bisa."




Jawaban Jeno membuat Jisung membulatkan matanya lalu mengerjap beberapa kali, "Bisa dari mana? Hyung selalu membuatku marah!"



"Asal kau mau bermain game denganku, tidak akan seperti ini."



Alasan itu sudah dari kecil dari Jeno untuk menggoda adiknya. Seperti yang dikatakan oleh putra keduanya, memang dirinya tak banyak memiliki teman di luar sana. Terlalu canggung untuk memulai interaksi.




Kedua orang tuanya saling memandang seraya tertawa kecil, Chae Yong menyiapkan porsi makanan untuk sang suami kemudian. Kegiatan makan pagi berlangsung seperti biasa, sesekali Jisung menanyakan pendapat Ayahnya tentang sekolah.




Dilecto✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang