Ch.32: Selesai

20.1K 1.9K 398
                                    




Sorry for typo(s)







Ada yang mengatakan bahwa sebagian manusia itu bodoh karena menghancurkan masa kini untuk mengkhawatirkan masa depan. Lalu menangis di masa depan dengan mengingat masa lalu.



Sebuah masa lalu tidak dapat dirubah dan masa depan pun tak pantas mendapar hukuman karenanya.



Tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan selanjutnya yang kita dapatkan, tugas kita hanya satu yaitu berbenah diri. Melakukan yang terbaik di masa kini untuk masa depan yang akan kita ciptakan.



Salah satunya Jaemin sedang berusaha menciptakannya. Kedua orang tuanya tidak pantas mendapat buah sial dari kehidupan masa lalunya, ia harus menciptakan kehidupan baru bersama.



Di ruang tamu setelah makan malam, Jaemin menurut untuk duduk di sana oleh sang ayah. Beberapa saat kemudian, beliau datang bersama istrinya lalu duduk bersebrangan. Raut wajah Ibunya tampak bahagia melihat kehadiran dirinya di sana.




"Langsung saja ya, Jaemin. Ayah ingin bertanya, kau bersedia melanjutkan sekolah?"



Manik anak itu mengerjap kala menyerap pertanyaan yang dilontarkan. Senyum sang ayah terukir di sana menandakan bahwa apa yang dikatakannya tadi benar-benat tulus.




"Sekolah?"



Anggukan kepala dari lelaki tersebut menjawabnya, tangannya terulur mengusap bahu putra satu-satunya, "Sudah waktunya kau keluar, bangkit dan mencari jati diri. Tidak mau tertinggal dengan teman-teman yang lain, kan?" dahi Ayahnya berkerut sejenak, "Siapa? Jeno? Haechan? Temanmu, kan?"





Hening sejenak, Jaemin belum menjawab. Namun, diamnya tersebut membuat sang ayah paham apa yang dipikirkan putranya.




"Belasan tahun aku tidak bisa melakukan kewajibanku, kali ini kau mau kan mewujudkannya?"



Maniknya mengerjap, permintaan tersebut membuatnya begitu tergiyur. Sekolah adalah satu-satunya tempat pelariannya dahulu, tak menyenangkan tetapi begitu menenangkan untuk tidak bertemu kejahatan di luar sana. Yang bisa dilakukan Jaemin hanya tersenyum.




Reaksi tersebut membuat Nam Goong Min menghela napas lega, jemarinya mengusak rambut hitam putranya. Pandangannya beralih pada sang istri yang masih terlihat heran karena interaksi keduanya.




"Sudah saatnya, Jaemin."




Entah apa yang dimaksud, tetapi Jaemin hanya bisa melihat perubahan duduk ayahnya menghadap sang ibu. Kedua tangannya menangkup jemari wanita yang paling dicintainya dengan senyum kecil yang terukir.




"Kau bahagia di sini?"




Jung-Eum tampak ragu-ragu menjawab, bola matanya melirik ke arah Jaemin yang menyunggingkan senyumnya. Yang dilakukan lelaki di depannya selama ini begitu baik dan membuatnya nyaman sehingga anggukan kepala adalah jawaban yang paling tepat.




Kedua tangan mereka terangkat, Nam Goong Min menyentuh cincin pernikahan yang selama ini tersemat di jemari mereka.



"Kau tahu kalau kita saling mencintai selama ini?"


Pertanyaan tersebut membuat wanita itu terdiam, sorot matanya terlihat begitu tajam. Entah jawaban apa yang cocok untuk dilontarkan, pipinya diusap lembut oleh lelaki yang berstatus suaminya di sana.




Dilecto✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang