Sorry for typo(s)
Suara air yang terus mengalir dengan tangan terampil mencuci piring serta mangkok di sana tak hentinya dilakukan melebihi dari perjanjian yang ada. Di belakangnya sosok lelaki paruh baya menghampiri seraya menepuk pelan bahunya.
"Sudah, Jaemin. Pulanglah, ini sudah larut."
Kran airnya dimatikan sejenak lalu Jaemin memutar tubuhnya, wajahnya terlihat lelah karena tadi siang ia menolak untuk istirahat supaya mendapat tambahan uang.
"Tidak apa-apa, Paman. Sebentar lagi juga tutup, aku akan membantumu."
Namun, gelengan dari Tuan Eun Jo membuat pemuda manis itu melengkungkan senyumannya, "Tidak. Aku bisa dibunuh istriku jika mengetahui kau bekerja sampai selarut ini. Lagipula, ada apa denganmu? Baru beberapa hari yang lalu kau mendapat gaji, kan?"
Kepalanya tertunduk dalam, sebisa mungkin ia mengatupkan bibir untuk tidak bercerita. Akan tetapi, sikapnya mungkin sudah bisa terbaca apalagi oleh lelaki di hadapannya yang mengenal Jaemin lebih dari siapapun.
Sebuah sentuhan mampir pada bahunya, lalu dituntun untuk duduk pada sebuah bangku yang tak jauh dari mereka. Eun Jo menatap lekat sosok pemuda yang sudah dianggapnya seperti putra sendiri.
"Ada apa, Jaemin? Kau bisa bercerita padaku."
"U-uangku habis, Paman."
Dahi lelaki itu berkerut dalam, menyilangkan kedua tangannya di dada, "Bagaimana bisa? Kau selalu pandai mengatur keuangan untuk satu bulan ke depan," wajah Eun Jo tiba-tiba panik sedikit mencondongkan tubuhnya pada Jaemin, "Pamanmu?"
Bibir bawahnya digigit, sebisa mungkin mengabaikan tatapan lelaki tersebut karena Jaemin sama sekali tidak bisa membohongi beliau.
"Jaemin?"
"Seseorang meminjam uang padaku," celetuknya kemudian menggigit lagi bibir merah mudanya, kepalanya tertunduk.
"Seharusnya, kapan ia mengembalikan uang tersebut?"
"Dua hari yang lalu."
Hembusan napas panjang terdengar, yang mana semakin membuat Jaemin meringkuk ketakutan. Tidak ada yang tahu kehadiran sosok Mamanya muncul kembali. Sebuah tangan menyentuh dagunya untuk mendongak, Eun Jo menatapnya lembut.
"Kau ingat janjimu padaku dan istriku?"
Manik Jaemin mengerjap seraya menganggukkan kepalanya, "Jangan menyembunyikan apapun, jika aku melakukannya sama saja menyakiti Paman dan Bibi."
Senyum lelaki tersebut terbit, jemarinya terangkat kembali untuk mengusap surai Jaemin.
"Uangku dipinjam oleh Mama."
Raut wajah Eun Jo berubah tiba-tiba, senyumnya hilang serta kedua alis yang bertaut di sana, "Ibu kandungmu?"
Anggukan kepala tersebut tak membuat pemilik kedai memahaminya, disentuhnya kedua bahu Jaemin dengan tatapan bertanya kembali, "Bagaimana bisa kau yakin jika dia ibu kandungmu? Jaemin, kau — ia menghela napas sejenak — kau amnesia, sebagian memori hidupmu dari kecil sampai usia sekarang hilang," lanjutnya tegas.
Seharusnya, Jaemin juga harus memiliki perasaan demikian. Mudah sekali ia percaya pada wanita itu, tetapi ada sat bagian dalam dirinya yang mengatakan bahwa memang benar wanita tersebut adalah Ibunya. Entah, pemuda manis itu tidak bisa menjelaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilecto✓
FanfictionTeruntuk kalian yang pantas dicintai. Termasuk dirimu, Na Jaemin.