Sorry for typo(s)
Kegiatan Jaemin selama di rumah sakit jiwa tersebut sekarang bukan lagi melamun atau menikmati kesendiriannya, bisa dikatakan ia sudah menjadi dokter pribadi dari ibunya sendiri. Pasalnya, para perawat pun sudah ditolak mentah-mentah kehadirannya oleh Jung-Eum.
Yang selalu diinginkan beliau setiap hari adalah Jaemin. Selama satu minggu ini keduanya benar-benar menghabiskan waktu bersama, bahkan di suatu waktu Jung-Eum meminta anak manis itu untuk tidur bersama menemaninya dan menjaga selimut bayi.
Hanya sampai tertidur pulas, Jaemin kemudian kembali ke kamarnya. Sedikit melelahkan memang untuk mengurus sang ibu yang mudah sekali moodnya berubah. Sesekali, ia juga sering memperhatikan bagaimana interaksi kedua orang tuanya. Bisa dilihat dengan jelas canggungnya sang ibu, terkadang melihat suaminya seperti orang asing.
Namun, Nam Goong Min tidak pernah merasa tersinggung atau marah. Justru perubahan kecil seperti ini membuatnya begitu senang, setidaknya sang istri menerima kehadirannya.
"Bibi, Jaemin ingin mengajarkan sesuatu. Mau tahu?"
"Apa itu?" kepalanya meneleng dengan raut wajah ingin tahu.
Keduanya sedang duduk di lantai kamar karena di luar sedang gerimis, sedari tadi Jaemin hanya menemani beliau yang sedang asik dengan selimut bayinya. Namun, sebelum melanjutkan sebuah ketukan pada pintu terdengar.
Seorang perawat laki-laki masuk ke dalam seraya mendorong sebuah trolley, di atasnya terdapat sajian makanan. Diletakannya di hadapan Jung-Eum dengan pelan.
"Tunggu sebentar," ujar Jaemin pada perawat tersebut.
Jemarinya meraih tangan sang ibu dan menggenggamnya seraya memamerkan senyum kecil, "Ikuti Jaemin ya, ucapkan terima kasih," katanya.
Manik wanita itu mengerjap pelan, menatap bergantian Jaemin dan perawat tersebut, "Ayo, Bibi."
Perawat lelaki di depannya setia menunggu, tag name bertuliskan Kun tertera di sana dengan senyuman ramahnya.
"Te-terima... Ka-kasih..." walaupun terbata-bata berhasil membuat Jaemin menyunggingkan senyum lebarnya begitupula sang perawat.
"Selamat menikmati, Nyonya."
Dengan begitu sang perawat berpamitan kemudian, meninggalkan sosok Jung-Eum yang meringkuk di samping Jaemin. Tangannya terulur untuk mengambil nampan tersebut, sudah menjadi kegiatan rutin juga menyuapi sang ibu supaya menghabiskan makanannya.
Sering kali wanita itu tak menyentuh makanannya atau bahkan mengamuk saat disuruh makan, informasi tersebut didapat dari Perawat Cho.
Dengan telatennya, Jaemin menyuapi beliau. Peran yang dulu seharusnya Jung-Eum lakukan kini pemuda manis itu yang mewujudkannya. Setidaknya, mereka masih diberi kesempatan untuk bertemu, menghabiskan waktu bersama walaupun tanpa disadari sebuah status yang sebenarnya.
Bukan sesuatu yang mudah untuk beliau mengetahui segalanya, fokus Jaemin saat ini adalah menyembuhkan Ibunya dan membuat perjuangan Ayahnya tidak menjadi sia-sia. Jika membutuhkan waktu yang lama, tidak apa-apa.
Pasir dan batu-bata tidak akan langsung menjadi bangunan mewah yang nyaman untuk ditinggali, semua melalui proses masing-masing.
"Jaemin," panggil beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilecto✓
FanfictionTeruntuk kalian yang pantas dicintai. Termasuk dirimu, Na Jaemin.