Sorry for typo(s)
Pada hari keempat, dokter telah memperbolehkan Jaemin untuk pulang. Beberapa obat juga diberikan jika anak itu mengalami mimpi buruk atau napsu makan yang menurun. Sudah ada kesepakatan juga bahwa keluarga Lee yang akan mengurus putra dari keluarga Na untuk sementara waktu.
Begitu kesehatan Jaemin sudah normal, mungkin panti asuhan akan membawanya.
Perasaan sedih saja sudah menghampiri Chae Yong, hatinya ingin mengadopsi Jaemin. Namun, ia masih takut akan reaksi sang suami serta anak-anaknya, walaupun sudah saling mengenal. Apalagi dengan adopsi yang memungkin Jaemin akan selamanya menjadi anggota keluarga.
"Terima kasih, Dokter. Maaf Jaemin nakal," pamitnya seraya membungkuk sopan.
Dokter Kwang serta dua suster di belakangnya tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan dari Jaemin, laki-laki itu membungkuk seraya mengeluarkan sebuah bungkusan kecil.
"Ini untuk Jaemin karena sudah sembuh, kalau perutnya masih sakit, makan ini saja ya."
Sebuah bungkusan kue cokelat yang tampak lezat dari gambarnya itu diterima oleh Jaemin, dibekapnya dalam pelukan. Tangan satunya memegang jemari Chae Yong serta ransel power rangersnya yang berhasil diselamatkan dari kebakaran, walaupun terlihat ada bekas hitam di beberapa titik.
Sang dokter menoleh pada Chae Yong sejenak, "Jika dia mimpi buruk atau telah memperlihatkan gejala depresi, tolong segera bawa ke sini lagi."
"Tentu, Dokter."
Setelahnya, mereka berpamitan. Keduanya berjalan melewati lorong. Manik Jaemin mengedar ke dalam ruangan yang dilewatinya, terkadang melambaikan tangan pada mereka yang terbaring lemah. Ranum Chae Yong mengulas senyum, hatinya menghangat kala melihat bibir si kecil melengkung indah kembali.
"Jaemin ingin makan dulu, tidak?"
Anak itu mendongak seraya menggelengkan kepala, "Makan ini saja," seraya menunjukkan bungkus kue tadi.
Hanya senyuman yang mampu dilakukan, mengingat kata Dokter jangan memaksa apapun untuk kepentingan mental Jaemin. Akan tidak ada bedanya nanti dengan apa yang dilakukan ibu kandungnya.
***
Pintu berwarna cokelat dengan berbagai ukiran indah di sana telah terbuka begitu lebar, suara tapak sepatu lirih terdengar menampilkan sosok kecil dengan manik mengerjap lucu untuk mengamati isi rumah di hadapannya. Ransel berwarna merah dengan gambar power rangers tampak kebesaran sehingga menimbulkan suara saat langkah diambil, kedua tangannya memegang erat tali tersebut.
Sejenak ia mengamati, benar-benar indah pikirnya apalagi dengan berbagai lukisan warna-warni yang menghiasi dinding putih tersebut.
Belum lama berdiri di sana, indera pendengarnya menangkap sebuah suara. Dari arah kanan terlihat sosok yang lebih kecil, wajahnya begitu menggemaskan membuat dirinya mengulum senyum.
"Mama! Mama! Mama! We!" serunya seraya mengangkat tinggi-tinggi tangan mungil itu.
Tanpa menyadari suara kekehan dari seseorang.
"Jisung, Sayang. Jangan berlari, nanti kalau jatuh kau pasti menangis," suara wanita di belakang membuatnya menoleh, beliau tengah bersimpuh di hadapan anak berusia lima tahun, kedua mata sipit yang begitu menggemaskan di sana merespon dengan dengkusan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilecto✓
FanfictionTeruntuk kalian yang pantas dicintai. Termasuk dirimu, Na Jaemin.