Sorry for typo(s)
Langkahnya begitu cepat menyusuri lorong rumah sakit, tangisnya sedikit tertahan melewati orang-orang yang berlalu-lalang di sana. Hanya dengan baju rumahan, Chae Yong langsung melesat setelah mendapat panggilan yang mengatakan bahwa putranya dilarikan ke rumah sakit. Ponselpun tak sempat ia bawa karena terlanjur kacau pikirannya sebagai seorang ibu.
"Jaehyun?"
Sosok laki-laki yang tengah duduk di kursi tunggu itu mendongak lalu berdiri. Namun, bercak darah dari kemeja putih tersebut mampu membuat Chae Yong tercekat di sana. Air mata lolos keluar begitu saja sembari menghampiri adiknya.
"A-ada apa dengan putraku?" lirihnya.
Kedua lengannya menyentuh dada bidang sang adik dengan tatapan khawatir. Baru saja tadi pagi mereka tampak bahagia tergantikan rencana-rencana indah harus pupus seketika.
Jemarinya membelai kain yang terkena darah telah diyakini milik Jeno di sana.
"Siang tadi, aku ingin mampir ke rumah Noona. Tapi saat perjalanan, aku melihat ada kerumunan orang-orang di sana, mereka berteriak ada seorang anak yang menjadi korban penusukan," hati sang ibu mencelos mendengarnya, tak ada niat untuk menghapus jejak air mata di pipinya, "Aku turun dan menemukan bahwa anak itu adalah Jeno."
"Ba-bagaimana bisa?! Di-dia —
— maaf, Noona. Aku tidak sempat menanyakan hal itu. Polisi dan ambulan sudah datang, fokusku pada Jeno yang hampir kehilangan banyak darah."
Rasanya, kedua kaki Chae Yong tak kuasa menumpu tubuhnya. Segera lengan Jaehyun melingkar pada tubuh sang kakak dan membawanya untuk duduk. Keduanya saling berpelukan, di mana laki-laki itu menguatkan seorang ibu juga.
Tak peduli darah yang akan menempel pada baju Chae Yong, ia hanya menginginkan bahwa putranya akan baik-baik saja nantinya. Ketakutan wanita itu sangat kuat dirasakannya, batinnya terus memanjatkan doa.
"Keluarga Lee Jeno?"
Sontak, keduanya menoleh. Chae Yong yang pertama berdiri dan berjalan mendekati sang dokter yang memakai seragam khusus operasi.
"Pasien sudah melewati masa kritisnya, beruntung lukanya tidak terlalu dalam dan tidak mengenai bagian vitalnya. Namun, pasien harus tetap istirahat total."
Hembusan napas kelegaan dari Chae Yong membuatnya lebih tenang, setelahnya pintu ruangan operasi tersebut dibuka dan menampilkan brankar dengan Jeno terbaring lemah di sana. Segera wanita itu menghampiri dan menggenggam tangannya, putranya akan baik- baik saja.
***
Ketukan pintu itu mengalihkan atensi Chae Yong, dilihatnya sang putra sulung yang memasuki ruangan. Senyum tipis terukir di wajahnya sedangkan Mark berjalan menghampiri sang ibu, lengannya melingkar pada tubuh wanita yang paling dicintainya di sana.
"Dia baik-baik saja?"
Sebelum menjawab, Chae Yong mengusap lembut lengan si sulung di sana seraya menganggukkan kepala, "Masih dalam pengaruh obat bius saat operasi tadi, Jeno tidak apa-apa," keningnya berkerut menatap Mark yang duduk di tepi ranjang, "Bagaimana kau bisa tahu?"
"Dua hari ke depan tidak ada kelas, daripada menghamburkan uang kalau di apartemen lebih baik aku pulang," lalu maniknya beralih pada sosok sang adik di ranjang, "Tapi Bibi mengatakan kalau Mama di rumah sakit menunggu Jeno, kebetulan juga ada Paman Jaehyun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilecto✓
FanfictionTeruntuk kalian yang pantas dicintai. Termasuk dirimu, Na Jaemin.