Sorry for typo(s)
Perasaan gugup menghampiri Jaemin di ruang dokter saat ini bersama dengan Nam Goong Min di sampingnya. Duduk di kursi yang telah disediakan dan menunggu sang dokter sedang melakukan interaksi dengan Jung-Eum. Terlihat wanita itu tersebut tampak gugup, maniknya selalu mencuri pandang ke arah suami dan anaknya.
Sebuah senyum diberikan Jaemin untuk beliau sebagai tanda penyemangat. Satu hari setelah sehat, sang dokter menyarankan untuk dirinya keluar dari rumah sakit. Tentu saja takut menyalahi kode etik yang ada, mau tak mau ia menurutinya.
Mungkin, setelah selesai sesi pemeriksaan ini, Jaemin akan mencoba berpamitan pada sang ibu. Berdoa semoga beliau tidak mengalami tantrum kemudian.
"Kemajuan yang luar biasa," suara dokter Kwang membuyarkan lamunan Jaemin kala itu, maniknya bergerak mengikutinya yang berdiri sembari menyunggingkan senyum lebar, "Beliau mampu bertahan untuk menjawab beberapa pertanyaan tanpa memberontak."
Pandangannya beralih pada pemuda Na seraya melepaskan kacamata, "Nak, kau memiliki kesabaran yang luar biasa dan beberapa metode sederhana mampu menarik beliau ke permukaan," yang mana membuat Jaemin membalasnya dengan senyum malu-malu.
Sebuah sentuhan dirasa olehnya dan mendapati lengan sang ayah mengusap pelan di sana, senyum yang hampir mirip dengannya. Bangga atas apa yang dilakukan anak pada ibunya.
"Jaemin!" panggilan tersebut membuat anak itu menoleh, lambaian tangan Jung-Eum membuatnya beranjak dari tempat duduk.
Berjalan untuk menghampiri, senyuman wanita itu tersungging sembari menggenggam tangan Jaemin. Tak ada kalimat yang terlontar, hanya senyum yang saling menyapa. Dari tempatnya, Goong Min terenyuh melihatnya. Momen kecil seperti ini begitu manis.
Posisi Jaemin berubah menjadi bersimpuh di hadapan beliau, mengusap punggung tangannya perlahan. Sejenak, ia menarik napas.
"Bibi, maaf ya. Jaemin harus pulang."
Senyum cantik wanita tersebut hilang begitu saja kala mendengar kata pulang yang dilontarkan. Genggaman tangannya semakin erat membuat Jaemin sedikit tersentak.
"Uuh.."
Gelengan kepala Jung-Eum menjawab pernyataan anak itu, bulir air mata terlihat hampir jatuh di sana membuat Jaemin merasa iba.
"Ja-jangan..."
Kepalanya tertunduk sembari terisak, "Ja-jangan pe-pergi," selalu mengulangi kata tersebut dengan terbata-bata. Wajah cantik beliau sudah penuh air mata, tak ingin membayangkan tanpa ada Jaemin dalam kesehariannya.
Waktu yang singkat tetapi dengan batin yang terikat tak bisa membohongi hubungan keduanya.
Melihat adegan di depannya, Nam Goong Min beranjak dari duduk dan menghampiri sang dokter. Jaemin bisa mendengarnya di sana, melirik sekilas untuk melihat respon beliau. Sebuah anggukan kepala membuatnya tersenyum kecil, sang ayah berjalan mendekati keduanya dan ikut bersimpuh di sana.
Jemarinya terangkat untuk menghapus air mata sang istri tercinta di sana, tak lupa menyunggingkan senyum kecilnya.
"Kau tidak akan berpisah dengan Jaemin. Mau pulang bersama?"
Isakan itu berhenti, manik Jung-Eum mengerjap beberapa kali dan beralih menatap Goong Min dan Jaemin secara bergantian.
"Pu-pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilecto✓
FanfictionTeruntuk kalian yang pantas dicintai. Termasuk dirimu, Na Jaemin.