"Bisakah aku mencintaimu lagi?
-Irene-*Happy Reading*
Paginya Irene bangun dengan sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya itu adalah tangan milik Sehun. Mata Irene menatap kearah wajah Sehun yang masih memejamkan matanya.
"Bolehkah aku berharap lebih Tuhan? Bolehkah aku kembali mencintai makhluk ciptaanmu ini lagi? Bolehkah aku tak membencinya melainkan mencintainya untuk saat ini?" Irene membatin dengan perasaan hatinya sekarang, tembok kebencian yang ia bangun untuk Sehun dihancurkan hanya dengan satu malam. Begitu besar pengaruh Sehun terhadap hati dan pikirannya semua seperti terpusat pada pria yang berada didepan matanya kini.
"Saya tau saya tampan. Jadi berhenti menatap saya seperti itu."ucap Sehun percaya diri sambil membuka matanya menatap bola mata Irene.
"K-au ba-ngun?Sejak kapan?"Tanya Irene kaget dengan raut wajah terkejutnya.
"Memang ada apa? Mengapa wajahmu seperti itu?"
"Bukan apa- apa. Aku ingin bangun jadi lepaskan tanganmu itu!"
"Baik saya akan lepaskan dengan satu syarat." Mata mereka berdua beradu.
"Apa?"
"Ciuman selamat pagi untuk saya.
Bagaimana?" Ucap Sehun datar sedangkan Irene melebarkan kedua matanya. Ia tak menyangka akan permintaan bodoh Sehun tersebut. Tapi jujur dalam hati terdalamnya ia merasa bahagia akan permintaan tersebut. Mungkin bibirnya kini sudah ternoda dua kali dan sekarang pipinya juga akan dinodai? Menyebalkan!Ciuman pagi? Impossible!
"Baiklah. Tapi pejamkan matamu."ucap Irene sambil tersenyum yang dibuat-buat kearah Sehun.
Sehun memejamkan kedua matanya menunggu akan sebuah benda kenyal yang akan menempel di pipi kanannya. Sedangkan Irene mengambil ancang- ancang untuk mencubit kedua pipi milik Sehun dengan sekuat tenaga membuat sang pemilik pipi mengaduh kesakitan.
Tangan Sehun memegang pipinya yang merasa sakit membuat pegangan di pinggang Irene terlepas. Irene pun mengambil kesempatan tersebut ia langsung bangun dan keluar dari kamar milik Sehun .
***
Joy memperhatikan gerak- gerik bosnya tersebut yang terlihat aneh pagi ini. Irene.
Gadis berambut pendek tersebut mendekat kearah Irene. Lihatlah bahkan Joy kini sudah berada dihadapan Irene tapi Irene malah melamun dan senyum- senyum tidak jelas. Aneh sekali!
"Ekhmm..." deheman Joy tak mempan. Tetap saja tak mampu menyadarkan Irene dari lamunannya.
Joy mendengus kesal.
Gadis itu tak tinggal diam. Ia mengambil sebuah gelas yang berisi air didalamnya. Mencelupkan kedua tanganya lalu dengan perasaan kesal ia mencipratkan air tersebut ke wajah Irene.
"Ck, Joy!" Decak Irene kesal. Ia menatap pegawainya sekaligus adik menurutnya tersebut dengan perasaan kesal.
"Kenapa kau menyiramku hah?" Irene menatap Joy sambil mengerucutkan bibirnya.
"Untunglah mbak sudah sadar. Saya kira mbak kemasukan tau. Kalo kemasukan saya juga yang repot mbak. Ditambah lagi saya kan takut mbak sama yang begituan pas SMA saja saya tidak ikut camping karena hal itu."
"Astaga Joy. Mana ada setan siang bolong seperti ini? Lebih baik kamu bekerja kebawah daripada menganggu saya saja."
"Baiklah. Aku nggak ganggu mbak kok aku turun sekarang ke bawah mbak yang baik- baik ya disini."
Irene menganggukan kepalanya sambil memutar bola matanya. Joy memang benar- benar menyebalkan tapi tidak apa kejadian tadi pagi sudah cukup membuatnya bahagia.
****
*Kejadian tadi pagi*
Setelah Irene kabur dari kamar milik Sehun ia masuk kekamarnya yang ternyata dikunci. Bagaimana ia bisa lupa kalo Yeri pasti sudah berangkat kuliah dan kebiasaanya adalah mengunci pintu kamar entah itu kamarnya ataupun kamar milik orang lain.
Irene mengusap wajahnya kasar. Perasaan gelisah menghinggapinya. Dimana dia akan mandi? Pakaian apa yang akan dia pakai pagi ini? Sementara kamarnya terkunci dan pastinya kunci candangan kamarnya ada dikamar Sehun.
Dengan berat hati Irene memasuki kamar Sehun. Ia mengedarkan pandangannya menatap keseluruh penjuru kamar, sepi. Mungkin sedang mandi pikirnya.
Wanita itu melangkah menuju rak- rak meja yang biasanya terdapat kunci cadangan.
Kriet..
Irene membuka pelan rak- rak meja tersebut satu- persatu. Mencari kunci cadangan kamarnya. Mata Irene berbinar saat melihat sebuah kunci dengan gantungan Paris tersebut, kunci tersebut adalah kunci kamar miliknya.
"Ekhm...mau apa kamu?" Tanya seseorang yang kini berada dibelakng tubuh Irene. Irene berbalik menoleh kearah belakang pemandangan sosok pria bertubuh atletis dengan sebuah handuk yang menutupi bagian bawahnya kini berdiri tegak didepannya. Sementara rambut pria itu basah, Irene meneguk salivanya.
"A-ku mencari ini." Ucap Irene sambil mengangkat kunci cadangan yang ia ambil tadi.
"Tidak!" Dengan satu gerakan tapi pasti Sehun merampas benda tersebut dari tangan Irene.
"Tindakanmu ini sama saja halnya seperti mencuri. Kau sebenarnya bisa meminta baik- baik pada saya. Saya pasti akan memberikan padamu bukan dengan hal seperti ini."Ujar Sehun.
Wow. Sungguh kalimat terpanjang yang pernah Sehun lontarkan kecuali saat pertengkaran mereka.
"Baiklah. Permisi!Aku ingin mencari kunci cadangan kamarku bisakah aku memintanya padamu."ucap Irene pada Sehun.
Cup
Satu kecupan yang mampu membuat Irene mematung ditempat. Ciuman tiba-tiba yang Sehun berikan pada pipi kanannya.
*****
Please tinggalkan jejak:)
Sorry for typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Istri Pertama✔️
Fanfiction"Jika kau memang sangat mencintainya. Lalu untuk apa kau masih mempertahankanku?"-Irene. *** Irene gadis yang menjadi pihak yang paling dirugikan di Pernikahannya dengan Sehun-suaminya. Pernikahan yang terjadi tanpa cinta. Pernikahan yang terjadi ka...