CHAPTER 12

2.5K 159 5
                                    

Happy Reading!

.
.
.
Author Pov#

Satu minggu yang lalu merupakan pertemuan Irene dan Suho. Selama seminggu ini mereka sering menghabiskan waktu berdua layaknya sepasang kekasih yang tengah kasmaran. Tapi bedanya mereka berdua tak pergi ke Mall ataupun bioskop mereka hanya menghabiskan waktu ditaman pada waktu senja sampai malam bertukar cerita tentang kehidupan masing-masing. Irene yang menceritakan tentang kematian Ayahnya dan tentang pernikahan tanpa cinta yang ia jalani dengan Sehun sedangakan Suho menceritakan kepergian Kirana kekasihnya yang telah meninggal dunia karena kecelakaan. Hubungan mereka hanya sebatas teman curhat sekarang nggak tau untuk kedepannya:)

***

Hari ini Irene memiliki janji pertemuan kembali dengan Suho ditaman. Entah mengapa Irene merasa nyaman apabila bercerita dengan Suho seolah tak ada beban dipundaknya. Walaupun mereka baru 1 minggu saling  mengenal satu sama lain. Mungkin bagi Irene bercerita dengan orang yang baru dikenal lebih baik.

Irene meraih tasnya memasukkan ponselnya kemudian berjalan mendekat kearah Joy.

"Joy. Saya pergi dulu ya."ucap Irene sambil tersenyum menampakkan lesung pipinya.

"Siap laksanakan Bu." Sahut Joy sambil hormat ala-ala orang yang berbaris.

"Ketemu sama yang itu lagi ya Bu?"ucap  Joy sambil mengedipkan satu matanya kearah Irene.

"Kepo banget sih kamu. Saya pergi dulu." Sahut Irene mengabaikan pertanyaan Joy.

"Saya harap Ibu selalu tersenyum seperti itu setiap hari."ucap Joy pada dirinya sendiri lalu tersenyum menatap kepergian Bosnya sekaligus wanita yang sudah ia anggap kakak kandungnya. Joy ikut prihatin dengan keadaan pernikahan Irene dengan Sehun yang sebenarnya tak bisa dikatakan sebuah pernikahan. Bagaimana ada pernikahan seperti itu? Ya, Joy tau semuanya termasuk tentang pacar Sehun. Bagaimana ia tahu? Jelas ia tahu karena beberapa kali Sehun dan pacarnya tersebut datang kemari. Entah apa tujuannya datang ke Cafe yang merupakan milik istrinya sendiri mungkin untuk memanasi- manasi saja.

***

"Maaf apa aku terlambat?" Ucap Irene sambil menghampiri pria yang menggunakan setelan kemeja lengkap.

"Sedikit. Duduklah!" Ucap pria tersebut sambil menarik pergelangan tangan Irene pelan.

"Sesuai jadwal hari ini kita bertemu lagi. Bagaimana dengan makan ice cream bersama? Apa kau keberatan?"

"Boleh."

"Tunggu sebentar aku akan kembali."Suho beranjak dari tempat duduknya. Sedangkan Irene menatap punggung Suho yang sudah menjauh.

Beberapa menit kemudian Suho datang dengan dua buah ice cream ditangannya.

"Untuk perempuan manis didepanku." Ucap Suho sambil memberikan ice cream tersebut pada Irene.

"Terima kasih." Ucap Irene dengan senyum yang mengembang.

"Sepertinya keinginanku untuk makan ice cream hilang."Suho berkata sambil melirik kearah Irene yang tengah sibuk menjilati ice creamnya.

"Mengapa begitu?"

"Ice creamnya terlalu manis sedangkan kau sudah manis." Ucap Suho menggoda Irene.

"Ck. Apa setiap pria seperti itu? Makan ice cream aja sambil gombal. Baiklah kalo kau tak ingin makan ice cream aku saja yang makan apa susahnya sih?"geram Irene tangannya merebut ice cream ditangan Suho.

***

17.58

Drrrttttt......
Drrrttt......
Drrrttt.....

Ponsel Irene yang berada didalam tasnya berdering menandakan satu panggilan masuk. Entah dari siapa yang jelas itu membuat raut masam dari wajah Suho.

"Tunggu sebentar. Aku angkat panggilan teleponku dulu." Ijin Irene pada Suho.

Irene pun mengangkat teleponnya tersebut agak jauh dari tempat Suho duduk.

"Halo?"

"Datanglah kerumah Papi & Mami sekarang! Jangan sampai terlambat!" Ucap seseorang dari seberang.

"Ba—," ucap Irene terpotong karena panggilan tersebut diputuskan sepihak.

Irene menghembuskan nafasnya kasar. Perasaan sedih menghinggapinya entah apa yang akan terjadi jika ia kerumah Papi &Mami mertuanya.

"Siapa tadi?" Tanya Suho yang merasa ganjil dengan raut wajah Irene.

"Ho, aku pulang duluan ya. Makasih atas waktunya." Ucap Irene sambil tersenyum simpul.

"Perlu aku antar?" Tawar Suho.

"Tidak perlu. Aku bisa naik taksi sampai jumpa lain waktu."

"Hati-hati."

***

Disinilah Irene berada disebuah meja makan yang diatasnya sudah terhidang berbagai makanan. Mungkin ini sebabnya ia diundang kesini untuk makan malam bersama. Tapi mengapa harus ada Irene? Sedangkan Sehun dan Lisa juga sudah ada disini? Untuk apa Sehun menyuruhnya kesini? Apa untuk melihat kemesraan mereka?

"Ekhm...Irene duduk nak!" Titah pria paruh baya yang tak lain adalah Papi mertua Irene dan Papi kandung Sehun.

"Iya Pa." Sahut Irene.

"Dimana aku akan duduk?"batin Irene.

"Sepertinya tempat duduknya kurang. Gimana kalo kamu makan didapur aja bareng sama pembantu?"ucap Nyonya Oh pada Irene.

"Lagian disini anggota keluarga sudah lengkap. Untuk apa sebenarnya kamu disini? Dasar wanita mandul!" Ucap Nyonya Oh sambil menatap benci kearah Irene.

"Mih cukup! Bisa nggak sih Mami nggak ngehina Kak Iren?!"ucap Yeri ketus.

"Berani ya kamu ngomong kasar ama Mami?!"

"Udah cukup! Irene kamu duduk disamping Yeri!" Titah Tuan Oh. Kebetulan hanya itu saja bangku yang kosong.

Tak ada percakapan atau perbincangan seperti biasa yang terjadi di meja makan keluarga 'Oh' hanya ada bunyi dentingan sendok sampai acara makan malam tersebut selesai.

"Irene pamit pulang dulu ya. Makasih udah undang Irene makan malam disini maaf kalo kedatangan Irene buat semuanya nggak nyaman." Ucap Irene.

"Baguslah! Sana pulang dan jangan injakan kaki kamu lagi dirumah ini! Saya nggak sudi punya menantu kayak kamu!"ucap Nyonya Oh ketus.

***


Tbc...


Haii...ada yg masih nunggu aku update?

Gomawo buat yang baca& vote dari awal. Aku sayang kalian:)

Dan makasih atas supportnya.

See you next chapter..

Luka Istri Pertama✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang