"Sohyun-ah, bisa tolong ambilkan garam?"
Tangan gadis itu bergerak kearah jejeran toples mungil yang berisi bumbu-bumbu dapur. Ia memberikan nya pada Seokjin dengan tatapan kosong pada layar ponsel didepannya
Jujur, Sohyun masih kepikiran soal pesan berisi ancaman malam itu. Untuk apa si pengirim mengancamnya? Apakah ini berhubungan dengan kasus 10.01 beserta kecurigaannya selama ini?
Apa yang akan penjahat itu lakukan padanya?
"Sohyun-ah, ini gula, bukan garam."
Sohyun tersentak, "Oh iya. Maaf."
Ia mengambil satu toples lagi dan memberikannya pada Seokjin setelah memastikan isinya.
"Dari tadi kau fokus pada layar ponselmu. Apa ada panggilan yang kau tunggu?" Tanya Seokjin penasaran
Sohyun bingung mau menjawab apa. Apakah dia harus menceritakannya pada Seokjin?
Tapi sepertinya pilihan itu tidak tepat. Ia tidak boleh mudah mempercayai siapapun, terlebih lagi setelah pesan ancaman itu.
"Aku menunggu panggilan dari Yohan."
Seokjin manggut-manggut. Saat ini ia tengah memotong sayuran dengan pisaunya. Beberapa potongan sayur untuk makan siang itu ia masukkan kedalam air yang mendidih.
"Adikmu masih sekolah?"
"Iya." Sohyun berdiri dan membantu mencuci peralatan masak pria itu, "Dia kelas 3 SMA. Oh iya, kau belum pernah bertemu dengan adikku kan?"
Ia menggeleng, "Aku tidak melihatnya begitu jelas waktu mengantarmu malam itu."
"Lain kali aku akan memperkenalkan Yohan padamu dan Raline."
Lagi-lagi suasana menjadi hening. Hanya ada suara pisau beradu dengan talenan. Di dapur cuma ada Seokjin dan Sohyun, sementara Raline sedang bermain bersama Hitomi diruang keluarga.
"Sepertinya kau sangat dekat dengan Detektif Min."
Sohyun tersenyum kaku, "Ng...itu karena dia detektif yang memegang kasus yang sama dengan kasus yang aku liput. Tapi kami tidak sedekat yang kau kira."
Seokjin mengambil sedikit kuah dan mencicipi rasanya. Setelah yakin rasanya pas, ia pun menuangkan sup itu kedalam mangkuk keramik besar.
"Bagaimana dengan kasusmu? Apa pelaku sudah ditemukan?"
"Belum."
"Ooh begitu. Jadi sudah sampai dimana?"
Sohyun mengerutkan dahinya, untuk apa Seokjin ingin tahu soal perkembangan kasus yang tidak ada sangkut paut dengan dirinya?
"Ah maaf, aku tidak bermaksud apapun. Hanya saja aku tidak suka mereka menginterogasi sekretarisku tanpa sepengetahuanku. Aku tau dia sering memanggil Hitomi dan memantau ku dari kejauhan." Ia tertawa sinis
"Mereka harus punya rasa curiga terhadap siapapun. Karena itulah tugas mereka." Balas Sohyun
Seokjin melepaskan celemeknya. Ia berjalan mendekati Sohyun, membuat gadis itu terpojok di sudut dapur.
"Bagaimana jika aku seorang pembunuh?" Seokjin menatap Sohyun dengan intens
Sohyun menelan ludahnya kasar. Tatapan Seokjin sangat berbeda dari biasanya. Ntah kenapa, Sohyun takut melihat mata pria itu
"Aku tidak tau." Ia mencengkram roknya
Seokjin tertawa dan mundur beberapa langkah, "Yaa! Kau takut? Aku tidak mungkin membunuh orang. Hahaha." Ia mengelus kepala Sohyun dengan lembut, lalu kembali ke meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
"10.01" (END)
FanfictionKim Sohyun, reporter yang memiliki ketertarikan dalam dunia kriminal, dipertemukan kembali dengan seorang detektif berwajah 'dingin' yang pernah berhubungan dengan masa lalunya untuk menghadapi suatu kasus pembunuhan berantai '10.01' yang terkenal d...