"Taehyung?"
Sohyun menapakkan kakinya di sebuah lorong sepi tak berpenghuni. Samar-samar ia melihat seorang pria tengah berdiri membelakanginya. Walaupun tidak melihat wajahnya, Sohyun mampu mengenali dari postur dan juga wangi parfum yang dikenakan oleh pria itu.
Itu Kim Taehyung.
Satu meter lagi Sohyun mampu menjangkau Taehyung. Berulang kali ia memanggil si pemilik nama namun Taehyung tidak berbalik sama sekali. Sejengkal lagi, Sohyun bisa menyentuh pundak Taehyung. Hampir saja Sohyun berteriak saat melihat wajah Taehyung yang dipenuhi goresan benda tajam dan mengeluarkan darah segar. Taehyung menatap Sohyun yang masih shock dengan tatapan sendu. Sohyun mengangkat tangannya, hendak memegang wajah Taehyung. Namun, tangannya ditahan oleh tangan besar milik Taehyung.
"A-a..pa yang terjadi?! Kenapa banyak luka di wajahmu?! Ayo kita ke rumah sakit, Taehyung-a!"
Taehyung menggeleng perlahan. Tangannya masih setia memegang pergelangan tangan Kim Sohyun.
"Jangan lakukan apapun. Berhentilah membuat dirimu dalam bahaya."
Sohyun menggenggam jemari Taehyung, menatapnya dengan penuh tanda tanya bercampur gelisah.
"Apa maksudmu? Kau mau aku diam saja dan melihatmu kehabisan darah?! Terserah apapun yang mau kau bilang, tapi kau harus ke rumah sakit segera!"
Baru saja Sohyun berjalan satu langkah, Taehyung langsung menarik gadis itu dengan satu sentakan sehingga Sohyun terjatuh ke dalam pelukannya.
"Maaf. Maafkan aku, sweetheart."
Sohyun terdiam. Ia merasakan badan Taehyung gemetaran. Pria itu memeluknya dengan sangat erat seolah-olah tidak ingin berpisah darinya. Beberapa saat kemudian, Sohyun merasakan sesuatu menetes di pelipisnya. Masih dalam pelukan Taehyung, ia meraba sesuatu yang mengalir di pelipisnya itu. Sohyun kaget ketika ia melihat bercak darah di tangannya. Sohyun mencoba melepaskan diri dari pelukan Taehyung dan melihat apa yang terjadi. Sesaat, Sohyun merasa jantungnya seperti berhenti saat melihat sebuah lubang seukuran peluru terpampang jelas di kening Taehyung. Luka tembak itu mengeluarkan darah yang sangat banyak dan tubuh Taehyung ambruk seketika.
"T..t-aehyung-a,"
Sohyun mengguncang bahu Taehyung dengan keras, namun tidak ada respon.
Taehyung sudah pergi.
"A...andwe, Taehyung-a,"
"KIM TAEHYUNG!!!"
"NOONA, BANGUN!!"
Sohyun tersadar dari mimpi buruknya setelah Yohan menepuk pipinya cukup keras. Gadis itu melihat kesekeliling kamar seperti orang kebingungan.
"Y..yohan-a, Taehyung mana?!"
"Taehyung?" Yohan mengerutkan dahinya, "Mana mungkin aku membiarkannya masuk ke apartemen kita."
"Tadi dia ada disini! Dia terluka dan jatuh disini!" Sohyun menarik almamater sekolah Yohan.
"Terluka? Kim Taehyung tidak pernah kesini. Noona pasti bermimpi buruk. Aku datang kesini setelah mendengar noona memanggil-manggil nama Kim Taehyung. Kan aku sudah bilang agar noona jangan tidur terlalu larut."
"Mimpi? Ah syukurlah." Sohyun mengusap wajahnya. Ia dapat merasakan keringat mengucur deras di sekitar dahi dan pelipisnya.
"Oh iya noona. Kau tau kasir minimarket yang ditahan karena jadi tersangka pembunuhan itu kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
"10.01" (END)
Fiksi PenggemarKim Sohyun, reporter yang memiliki ketertarikan dalam dunia kriminal, dipertemukan kembali dengan seorang detektif berwajah 'dingin' yang pernah berhubungan dengan masa lalunya untuk menghadapi suatu kasus pembunuhan berantai '10.01' yang terkenal d...