Kantor Kepolisian Seoul
"Eoh? Kau sudah datang."
Dengan nafas tersenggal-senggal, Sohyun berjalan mendekati Jennie sambil menelusuri ruangan tempat ia berada sekarang.
"Detektif Kim, hhh, dimana adikku?"
"Minum ini dulu." Jennie memberikan sebotol air mineral pada Sohyun. Gadis itu terlihat sangat panik sampai-sampai keringat membasahi pelipisnya padahal hari tidaklah panas.
"Makasih." Sohyun mengembalikannya pada Jennie, "Dimana bocah itu?!"
"Itu." Tunjuknya.
Sohyun melihat seorang polisi tengah meminta keterangan pada Yohan dengan wajah yang lebam. Disamping Yohan, berdiri seorang wanita yang sedang memarah-marahinya. Disana ia juga melihat beberapa teman Yohan seperti Yunseong, Hyewon, Minhee dan Donghyun yang ikut menemaninya.
"Kim Yohan!"
Yohan terkejut ketika melihat kakaknya datang kemari.
"N..noona?"
Wajah merah Sohyun membuat Yohan yakin 100% kakaknya itu akan menghajarnya habis-habisan. Kaki Yohanpun gemetaran saat Sohyun mendekat kearahnya. Secepat kilat, Yohan langsung berlutut dihadapan Sohyun dan meminta maaf sebelum gadis itu sempat berbicara.
"Noona maafkan aku. Aku terbawa emosi makanya aku memukulnya. Noona, tolong jangan marah. Akulah yang nakal. Noona jangan pergi dari rumah ya! A..aku akan mematuhi semua perintah noona. Noona jangan tinggalin aku sendirian!"
Minhee dan Donghyun hampir saja tertawa lepas saat melihat wajah ketakutan Yohan yang meminta pengampunan dari kakaknya. Bahkan, Yohan tidak setakut ini saat dimarahi orangtua Yuvin maupun diinterogasi oleh polisi.
Bukannya memukul Yohan, Sohyun justru ikut jongkok dan memeriksa wajah laki-laki itu.
"Aigoo, syukurlah kau tidak apa-apa. Aku kira gigimu bakalan tanggal, rahangmu copot atau kau geger otak. Ternyata cuma lebam biasa." Ujarnya santai, "Ayo berdiri."
Gadis itu menarik tangan Yohan untuk berdiri, "Noona tidak...marah?"
Sohyun menepuk pundak Yohan pelan, "Untuk apa aku marah? Kau pasti melakukannya dengan alasan tertentu, bukan?"
Yohan mengangguk. Ia terharu karena kakaknya mau mengerti.
"Kenapa kau memukulnya?" Tanya Sohyun serius.
"Dia...dia mengatakan kalau aku anak pungut dan noona adalah perempuan yang tidak tau malu." Cicitnya pelan.
Untung saja dia tidak ada disini, kalau tidak udah kuhajar untuk kedua kalinya!
"Heh! Kau kakak dari anak kurang ajar ini?!"
Sohyun menatap wanita paruh baya dengan dandanan menor itu, "Saya kakaknya. Anda?"
Dengan angkuh, wanita itu melipat tangannya didada, "Aku ibunya Yuvin. Adikmu yang tidak tau diri ini sudah memukul anak kesayanganku sampai giginya lepas. Dimana orangtua kalian?!"
Oh cuma gigi, untung gak mati, batin Sohyun.
"Orangtua kami tidak ada. Saya yang menjadi walinya."
"Cih," wanita itu memperhatikan Sohyun dari ujung kaki sampai ujung rambut, "Segitu sibuknya orangtua kalian sampai gagal mendidik anak."
"Maaf, tapi orang tua kami sudah meninggal." Timpal Yohan.
"Oh pantes anaknya kayak preman gini. Rupanya gak punya orangtua."
"Tidak ada bukan berarti tidak punya! Jangan bawa nama orangtua kami dalam urusan ini." Sohyun mulai emosi, "Lagipula anak anda duluan yang mulai." Jawab Sohyun berani.
KAMU SEDANG MEMBACA
"10.01" (END)
FanfictionKim Sohyun, reporter yang memiliki ketertarikan dalam dunia kriminal, dipertemukan kembali dengan seorang detektif berwajah 'dingin' yang pernah berhubungan dengan masa lalunya untuk menghadapi suatu kasus pembunuhan berantai '10.01' yang terkenal d...