1st

6.6K 429 52
                                    

Disclaimer:

Semua karakter di cerita ini tidak sedikitpun mencerminkan karakter asli mereka di dunia nyata. Aku sebagai penulis hanya meminjam nama dan visualisasi mereka.

.

.

Warning: mpreg, hemaphrodite!chanyeol, feminization, chanyeol wearing dresses as a casual everyday outfit

╔══ஓ๑♡๑ஓ══╗

— The Queen Consort —

╚══ஓ๑♡๑ஓ══╝


Pangeran Chanyeol sedang duduk di depan jendela di dalam kamarnya. Sebuah buku terbuka di hadapannya, dia membaca buku itu dengan tenang dan penuh perhatian. Pangeran Chanyeol tampak menikmati kegiatannya hari itu.

Tapi tiba-tiba, ketenangannya terganggu ketika pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.

"Masuk." katanya. Matanya sekarang sudah tertuju pada pintu.

Seorang pria berusia sekitar 30 tahunan memasuki ruangan dan mendekati Pangeran Chanyeol. "Selamat pagi, Pangeran."

"Pagi." jawab Pangeran Chanyeol singkat. Dia tampak tak tertarik dengan kedatangan pria itu. "Aku masih belum mengubah pikiranku, Minho. Pergilah."

Pria bernama Minho itu tampak kikuk. Sepertinya sang pangeran sudah tahu maksud kedatangannya ke sini. "Tapi Raja tidak akan menyukai itu, Pangeran."

Pangeran Chanyeol menutup bukunya dengan kasar. Dia menatap pria itu dengan tatapan tajam. Dari ekspresi wajahnya, kentara sekali kalau dia sedang marah.

"Raja telah melakukan hal yang sama sekali tak pantas untuk dilakukan seorang raja, dan aku melawan itu."

Minho pun sepertinya sadar dengan kesalahannya. Sekarang dia telah membuat pangeran kedua kerajaan marah. Dia menundukkan kepalanya.

"Baik, Pangeran. Saya tidak akan memaksa lagi. Saya permisi."

Lelaki itu menundukkan kepalanya tanda hormat, lalu keluar dari kamar dan menutup pintunya kembali.

Pangeran Chanyeol menghela nafas setelah dia kembali sendirian di kamarnya. Emosinya kembali memuncak kala memikirkan hal itu. Pangeran Chanyeol adalah orang yang lembut, sangat jarang dia mengeluarkan amarahnya. Tapi kali ini amarahnya sudah tak dapat dikontrol. Apa yang direncanakan ayahnya benar-benar sudah keterlaluan.

Baru saja Pangeran Chanyeol ingin menenangkan diri, pintu kamarnya kembali terbuka. Dia sudah akan marah, berpikir bahwa itu adalah Minho yang melakukannya. Tapi dia menutup mulutnya rapat-rapat ketika sadar siapa yang masuk ke dalam.

"Pangeran." Chanyeol menganggukkan kepalanya, menyapa seseorang yang baru saja masuk ke kamarnya. "Kau tidak perlu mengunjungiku jika hanya ingin mengulang perkataan Minho tadi. Kurasa aku sudah mengatakan keputusanku dengan jelas."

Pria itu tersenyum tipis lalu berjalan mendekati Pangeran Chanyeol, kemudian duduk di sampingnya. "Aku hanya ingin mengunjungi adik kesayanganku."

Lelaki itu adalah Pangeran Suho, keturunan pertama dari Raja Siwon, kakak dari Pangeran Chanyeol, yang saat ini menyandang gelar Putra Mahkota.

"Kau hanya punya satu adik, Pangeran. Tentu saja aku yang paling kau sayangi." jawab Pangeran Chanyeol dengan sopan.

Meskipun mereka bersaudara, Pangeran Chanyeol tidak akan pernah memanggil kakaknya dengan nama. Mungkin dulu, saat dia masih kecil. Tapi saat beranjak remaja, dia sadar bahwa pria di hadapannya ini adalah calon raja di kerajaan mereka.

Pangeran Suho tersenyum. Dia lalu melihat sesuatu yang ada di genggaman Pangeran Chanyeol.

"Kau membaca buku lagi?"

"Tentu saja, hanya hal ini yang aku mahir. Aku tidak bisa bela diri, apalagi bermain pedang. Tidak sepertimu."

Sejujurnya, Pangeran Chanyeol tak bermaksud untuk menyindir. Tapi hal itu selalu mengganggunya sejak dulu. Dia tidak iri akan Pangeran Suho yang akan mewariskan tahta kerajaan ke depannya. Dia hanya ingin mendapatkan ilmu yang sama. Tapi aturan konyol sang ayah membuatnya tak bisa melakukan semua itu.

"Chanyeol, kau tahu kan bahwa hal itu tidak penting bagiku, dan juga bagi seluruh rakyat Fealla? Kita hebat dalam masing-masing hal. Aku mungkin memiliki kemampuan bela diri dan diplomatik, karena hal itu sudah menjadi kewajibanku sebagai penerus Fealla."

Pangeran Chanyeol tersenyum. "Kau selalu mengatakan itu."

Pangeran Suho mengusap rambutnya. Meskipun Pangeran Chanyeol yang memanggil kakaknya sendiri dengan sebutan 'pangeran', bukan berarti mereka tidak dekat. Mereka memiliki hubungan yang sangat erat, terlepas dari fakta bahwa umur mereka terpaut 10 tahun.

Pangeran Chanyeol menyandarkan kepala di bahu sang kakak. Lengannya memeluk pinggang yang terasa begitu kokoh itu.

"Aku merindukan Ibu."

"Aku pun juga, Chanyeol. Aku sangat merindukannya."

"Tidak bisakah kau meminta kepada Raja untuk membatalkannya?" tanya Pangeran Chanyeol lirih.

"Adikku, dengar. Aku juga tidak ingin hal ini terjadi. Tapi kau tahu bagaimana Ayah."

Pangeran Chanyeol menahan rasa sesak di dadanya.

"Apa kau akan datang?"

"Raja memerintahkanku untuk datang. Dia tidak memaksamu, tapi dia bilang akan sangat senang jika kau turut hadir."

"Aku tidak akan datang." balas Pangeran Chanyeol dengan cepat.

"Aku tahu." balas Pangeran Suho. "Chanyeol, dengar, Ayah sangat menyayangi dan mencintai Ibu."

"Jika dia benar menyayangi Ibu, tidak seharusnya dia mengadakan pesta itu. Ibu bahkan belum genap dua bulan pergi. Kita masih dalam suasana berkabung."

Pangeran Chanyeol tak bisa menahan air matanya. Tapi dia tak ingin menangis dan membasahi pakaian sang kakak.

Pangeran Suho pun tampak sedih mendengar perkataan sang adik. Apa yang dikatakannya memang benar.

"Jika seorang raja berlama-lama dalam kesedihan, siapa yang akan memimpin rakyatnya nanti? Seorang raja harus memiliki mental yang kuat agar bisa melindungi rakyatnya."

Pangeran Chanyeol menggeleng-gelengkan kepala. Kedua matanya tampak memerah, meskipun belum ada air mata yang mengalir.

"Aku tak pernah ditakdirkan untuk menjadi raja, jadi aku tidak mengerti bagaimana caranya untuk menjadi seperti itu."

"Kita berdua ditakdirkan untuk menjadi seorang raja, Chanyeol, kau tahu itu."

"Tidak, tidak, Pangeran, jangan salah paham. Aku sama sekali tidak cemburu denganmu. Aku tidak tertarik untuk menjadi raja. Hanya saja.. aku tidak akan pernah mengerti jalan pikiran seperti itu."

Pangeran Chanyeol tahu bahwa percakapan ini tidak akan menemukan titik terang. Dia pun tak mau tersulut emosi jika terus-terusan membicarakan hal ini. Pangeran Chanyeol lantas melepaskan pelukannya dan berdiri.

"Maaf, Pangeran, tapi aku ingin beristirahat."

Pangeran Suho pun ikut berdiri karena dia telah diusir secara halus oleh sang adik. Dia menepuk bahunya pelan, sarat akan kasih sayang.

"Pelayan sudah menyiapkan baju yang akan kau kenakan, jika kau berubah pikiran."

Setelah itu Pangeran Suho berjalan keluar. Tapi sebelum dia benar-benar keluar, Pangeran Chanyeol memanggil namanya.

"Tolong katakan pada Ayah, aku tidak membencinya—aku hanya kecewa."

- To Be Continued -

[Karyakarsa] The Queen ConsortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang