Chanyeol berbaring di atas ranjang dengan posisi telentang. Sebuah selimut menutupi tubuh polosnya. Nafasnya masih naik turun tidak beraturan.
"Aku ingin memberitahumu sesuatu."
Chanyeol menoleh ke samping, menatap Kris yang kini bertelanjang dada dengan selimut menutupi tubuh bawahnya.
"Apa?"
"Tapi kau harus berjanji kau tidak akan panik."
"Tergantung."
"Kalau begitu aku tidak akan bercerita."
Chanyeol mengerutkan dahinya. "Beritahu aku."
Kris menoleh ke arahnya. "Kau akan panik."
Sebenarnya apa yang ingin Kris bicarakan? Apa ini soal Fealla?
"Tidak. Sekarang beritahu aku."
Kris kembali menatap langit-langit kamar mereka.
"Beberapa orang di Fealla melakukan pemberontakan."
Chanyeol terkesiap mendengar kalimat itu. Kedua matanya membulat. Raut wajahnya seketika menunjukkan perasaan khawatir dan takut di saat yang bersamaan.
"Apa? Apa yang terjadi?"
"Mereka yang memberontak sepertinya tidak suka jika berada di bawah naungan Neradia. Mereka menyerang istana dan beberapa penjaga terluka."
"Tidak ada korban jiwa, kan?" tanya Chanyeol lagi. Yang terpenting baginya adalah rakyat Fealla tetap aman.
"Tidak. Tapi kami terpaksa harus menangkap siapapun yang ikut dalam penyerangan itu. Aku tidak akan membunuh mereka, kau tidak perlu menakutkan itu."
Dahi Chanyeol mengernyit, masih mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Apa mungkin ini terjadi karena dia tidak pernah mengunjungi rakyatnya sejak memutuskan untuk menikah dengan Kris?
"Apa aku boleh ke Fealla?"
"Untuk apa?"
"Aku ingin mengunjungi mereka. Mungkin saja mereka akan mengerti setelah aku menjelaskan kondisi.. kerajaan kami." Chanyeol mengakhiri kata-kata terakhirnya dengan sedikit pelan. Dia sudah tidak memiliki kerajaan apapun. Semua telah menjadi milik Kris dan Neradia.
"Suasana sedang tidak kondusif."
"Tapi—" Dia menghentikan kalimatnya sendiri, mencoba untuk mencari kata-kata yang tepat. "Aku dulu adalah pangeran mereka. Mereka pasti akan mengerti."
Kris menatapnya. Bukan tatapan main-main dan juga seringai tipis yang biasa diberikannya, melainkan tatapan tajam dan mengintimidasi. Chanyeol tidak bisa melakukan kontak mata lebih lama dengannya.
"Sekarang kau adalah permaisuriku." katanya dengan penekanan. "Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu."
Chanyeol tidak menjawab. Dia masih menundukkan pandangannya.
"Ini bukan urusanmu, jadi kau tidak perlu memikirkannya." lanjut Kris lagi.
"Tapi ini soal Fealla." gumamnya tanpa menatap Kris sama sekali.
Ada perasaan kesal yang bergumul di dadanya. Tapi dia tidak bisa meluapkannya, meskipun dia sangat ingin. Dia ingin berteriak di hadapan Kris bahwa pria itu tak bisa memperlakukannya seperti ini. Dia berhak tahu apa yang terjadi, dan dia juga berhak untuk ikut campur dalam hal ini. Mengapa Kris begitu egois?
"Kurasa aku memang tidak berarti apapun bagimu. Aku hanya menjadi boneka untuk memuaskan nafsumu, dan juga sebagai alat untuk mengandung keturunanmu." katanya dengan nada yang begitu menyedihkan. "Rakyatku—ah, maksudku rakyatmu. Mereka membutuhkanku sekarang, tapi kau juga tidak peduli. Bagaimanapun juga mereka sekarang ada di bawah kekuasaanmu, jadi aku bisa apa? Aku hanya seorang pangeran yang kehilangan kerajaannya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Karyakarsa] The Queen Consort
Poesie"Ya, kau benar. Aku bukan lagi seorang pangeran. Aku adalah seorang raja sekarang." "Tidak ada raja sepertimu. Kulit halus dan wajah cantik ini. Aku berani bertaruh kau bahkan tak pernah berjemur di arena tarung untuk melatih ototmu." . . "Aku mengi...