15th

2.3K 292 56
                                    

Setelah beristirahat selama tiga hari penuh, Chanyeol akhirnya kembali beraktifitas seperti biasa. Dia kembali menjalani latihan ketangkasan dengan Rowoon. Kali ini yang akan mereka lakukan adalah panahan.

"Saya sebenarnya tidak terlalu mahir dalam panahan." ujar Rowoon sembari memberikan sebuah busur pada Chanyeol.

Chanyeol memegang busur itu dan memperhatikan gagangnya. "Lalu kau mahir di bidang apa?"

"Pedang dan berkuda. Saya lebih suka menyerang dari jarak dekat."

Chanyeol meringis, tidak mampu membayangkan jika dia terlibat dalam perkelahian menggunakan pedang.

"Kau yakin ini aman?"

"Saya yakin, Yang Mulia." jawabnya.

Dia lalu mengambil sebuah anak panah dan melesatkannya dengan busur. Anak panah itu tertanam tepat di tengah-tengah sasaran.

Chanyeol mendengus. "Tidak mahir, kau bilang?"

"Itu hanya kebetulan." jawabnya. "Giliran Anda."

Chanyeol pun mengambil posisi. Dia memegang busur di tangan kirinya. Rowoon membetulkan postur tubuh pemuda itu.

"Kita coba tanpa panah terlebih dahulu."

Chanyeol mengangguk. Dia mengikuti gerakan Rowoon sebisanya. Dia melakukan gerakan seolah-olah sedang meluncurkan anak panah. Setelah itu, Rowoon mengambil salah satu anak panah dan meletakkannya di tangan Chanyeol.

"Posisi tangan anda yang memegang busur harus tegak dan kuat, jika tidak maka anak panahnya akan melesat." katanya, sambil meluruskan pegangan Chanyeol. "Jangan diluncurkan terlebih dahulu. Praktekkan gerakan tadi yang sudah kita pelajari."

Chanyeol menuruti perkataan Rowoon tanpa banyak tanya. Gerakannya masih begitu canggung, tapi dia sebisa mungkin bersikap tenang.

"Sepertinya tangan kiriku tidak cukup kuat untuk menopang panahnya." ujar Chanyeol.

Rowoon dengan sigap membetulkan kembali posisi Chanyeol. "Saya akan membantu untuk memegang tangan Anda." katanya.

Chanyeol terkesiap saat tangan kirinya digenggam Rowoon erat. Dia menatap pria itu, tapi ekspresinya tetap datar. Bohong sekali jika Chanyeol bilang Rowoon tidak tampan dan dia sama sekali tidak terpesona.

Chanyeol berdehem dan kembali fokus dengan latihannya. Dia berusaha untuk membuat genggaman tangannya pada busur kokoh.

"Sekarang coba luncurkan anak panahnya." kata Rowoon.

Chanyeol mulai memposisikan anak panah itu kembali, Rowoon masih memegangi tangannya agar tidak bergoyang. Dia menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya.

"Pelan-pelan saja, Yang Mulia. Jangan terburu-buru." gumam Rowoon.

Chanyeol yakin dia tidak akan berhasil di percobaan pertamanya. Jadi dia memutuskan untuk bersikap masa bodoh dan langsung saja melesatkan anak panah itu.

"Ahh!"

"Yang Mulia!"

Chanyeol langsung menjatuhkan busurnya dan memegangi jarinya yang terasa perih. Dia meringis kesakitan.

"Anda baik-baik saja?" Rowoon meminta izin untuk melihat tangan Chanyeol. Ternyata jari yang ia gunakan sebagai tumpuan terluka karena gesekan anak panah tadi. "Maafkan saya. Seharusnya saya melilitkan kain pada jemari Anda sebelum memulai."

Chanyeol tidak menjawab, terlalu sibuk dengan rasa sakit yang teramat sangat. Memang luka itu tak seberapa, tapi mengingat Chanyeol sangat jarang terluka, tentu saja rasanya luar biasa menyakitkan.

[Karyakarsa] The Queen ConsortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang