Note: mulai chapter ini aku akan menulis mereka dengan nama saja tanpa titel kerajaan
╔══ஓ๑♡๑ஓ══╗
–– The Queen Consort ––
╚══ஓ๑♡๑ஓ══╝
Setelah perjanjian yang telah Chanyeol buat bersama Kris tadi, dia dibawa oleh dua orang prajurit Neradia keluar dari istana. Kris berjalan di depan mereka dengan angkuhnya, tak mempedulikan mayat-mayat dari prajurit Fealla yang bergeletakan di sepanjang koridor istana. Chanyeol merasa sangat kacau saat ini. Dia tidak ingin meninggalkan istana tempat tinggalnya sejak lahir. Tapi mau bagaimana lagi. Ia sama sekali tak punya pilihan selain menyetujui untuk menikah dengan Kris.
Mengingat hal itu kembali membuat perut Chanyeol mual. Bagaimana mungkin dia bisa menikah dengan pembunuh ayah dan kakaknya?
Mereka tiba di halaman depan istana. Salah seorang prajurit membuka pintu sebuah kereta kuda yang sudah terparkir di sana. Kris menggerakkan tangannya, mempersilakan pangeran Fealla itu untuk masuk ke dalam. Chanyeol dengan ragu masuk dan duduk di sana. Kris menyusul setelah itu, menyisakan mereka berdua di dalam.
Chanyeol merasa amat sangat tidak nyaman sekarang. Pria di hadapannya ini adalah seseorang yang telah membunuh keluarga dan rakyatnya. Hanya berada berdua dengannya di tempat sempit dan gelap ini, bukan tak mungkin hal yang sama akan terjadi padanya pula. Tapi mungkin, mati adalah pilihan yang lebih baik. Dia tak harus merendahkan dirinya dengan menikahi lelaki itu. Dan mungkin dia juga bisa kembali bertemu dengan keluarganya yang telah tiada.
"Barang-barangmu akan dibawa esok hari. Kau bisa membuat daftarnya untuk diserahkan kepada pengawalku besok."
Chanyeol tak menanggapi apapun. Dia hanya diam sambil menatap ke jendela yang terbuka.
"Ada permintaan terakhir sebelum kita berangkat?"
"Berikan pemakaman yang layak untuk mereka." pinta Chanyeol dengan suara yang bergetar. Dia masih belum percaya bahwa ayah dan kakaknya telah tiada.
Kris menatapnya. "Haruskah aku melakukannya?"
"Kumohon."
"Kau terlalu banyak memohon untuk seorang pangeran."
"Mereka keluargaku yang tersisa dan kau membunuh mereka. Aku hanya meminta hal yang sangat mudah."
Chanyeol menahan air matanya. Dia masih dirundung duka. Dia masih ingin menangis. Tapi dia tidak boleh menangis di hadapan Kris. Itu hanya akan membuatnya puas. Bukankah ini tujuannya? Untuk menyiksa batinnya seumur hidup?
"Kau bisa menyuruh rakyatmu melakukan itu."
"Bagaimana caraku memberitahu mereka? Kau membawaku pergi dari Fealla."
"Kau bisa menulis sebuah surat. Esok hari pengawalku akan mengantarkannya."
Chanyeol tidak menjawab. Dia merasa begitu tertekan saat ini. Hidupnya kini sudah tidak lagi berarti. Tapi dia tidak mau mengorbankan semua rakyatnya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Dia kemudian melirik pria yang duduk di hadapannya. Dadanya kembali bergumul dengan amarah. Bagaimana mungkin dia bisa duduk dan bicara setenang itu setelah membunuh ratusan orang rakyatnya?
Tapi kemudian dahi Chanyeol mengerut heran ketika melihat Kris turun dari kereta.
"Kau mau ke mana?" tanyanya was-was.
"Aku akan menunggangi kudaku. Lagipula kau tampak tidak nyaman berada berdua denganku di sini. Tapi mau tak mau kau harus terbiasa, Chanyeol. Kita akan segera menikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Karyakarsa] The Queen Consort
Poetry"Ya, kau benar. Aku bukan lagi seorang pangeran. Aku adalah seorang raja sekarang." "Tidak ada raja sepertimu. Kulit halus dan wajah cantik ini. Aku berani bertaruh kau bahkan tak pernah berjemur di arena tarung untuk melatih ototmu." . . "Aku mengi...