"Della?"
"Mbak Della, Hallooow?"
"Della, sadar woy!"
"Ardella Ayuning Putri!!"
.
.
" Eh iya? Apa? Ada apa?"
Mataku langsung mengerjap dan menatap sekeliling begitu sadar aku sudah terlalu lama melamun. Leni, Juni, Reno dan Bang Gani sedang mengerubungiku dengan tatapan yang hampir sama.
" Apa? Aku kenapa?"
Satu toyoran pelan ala Bang Gani meluncur di kepalaku.
" Sayangku Ardella, Kamu sehat?" Kali ini Reno dengan seenak jidat menyentuh keningku.
" Ya sehat lah. Kalian kenapa sih?"
" Mbak Della tuh, yang kenapa. Ngelamun terooos! Dipanggil-panggil nggak nyaut sama sekali." Juni geleng-geleng kepala sambil menatapku heran.
" Eee, maaf-maaf. Aku cuma lagi kepikiran deadline kerjaan." Aku meringis.
Bohong. Iya, aku jelas lagi bohong.
" Mikirin deadline kerjaan apa mikirin calon Pak boss yang habis ngajak kenalan?" Leni memutar bola mata malas.
" Iya, ngaku mbak. Ecie, yang habis diajak kenalan sama Pak Razan." Juni malah ikuti-kutan.
" Udah ah, bubar-bubar. Kerja." Aku mengibaskan tangan agar Juni, Bang Gani dan Reno kembali ke mejanya. Kalau Leni sih emang mejanya berada tepat di sampingku.
" Yang penting jangan sampai kesambet aja kalau kebanyakan melamun." Ucap Bang Gani sambil berlalu ke mejanya.
Aku menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Nggak tahu kenapa, aku jadi nggak konsentrasi kerja gara-gara insiden kenalan mendadak yang membuat banyak karyawan langsung bisik-bisik ketika melihatku.
" Dell," Panggil Leni pelan.
" Hm, apa?"
" Kamu utang cerita loh ya."
" Cerita apa?"
" Ya Pak Razan lah. Nggak mungkin Pak Razan tiba-tiba ngajak kenalan kamu kalau sebelumnya kalian belum pernah ketemu dan terjadi sesuatu."
" Sesuatu apa sih Len? 'kan aku udah bilang kalau kami ketemu di indomaret dan aku nggak sengaja menjatuhkan kopinya."
"Masak itu doang? Nggak percaya aku."
" Ya udah kalau nggak percaya. Nggak maksa."
" Della ih, gitu ya sekarang. Main rahasia-rahasian."
" Aku serius loh Len."
Aku nggak mungkin bilang sama Leni kalau aku sama Razan- eh maksudku Pak Razan- pernah nggak sengaja ciuman terus tanganku reflek menamparnya. Bisa-bisa aku digorok sama dia. Secara, sejak hari ini Leni udah jadi fans berat laki-laki itu.
" Ya udah, awas aja kalau kamu nyembunyiin sesuatu dariku. Lain waktu kalau sampai ketahuan, hukumannya kamu harus traktir aku makan siang tiap hari selama satu bulan."
" Ogah banget, bangkrut dong aku."
" Berarti bener kan, kamu nyembunyiin sesuatu? Kalau bilang sekarang aku nggak jadi minta ditraktir makan sebulan."
" Eee, ya enggak juga."
" Ya udah, pokoknya itu tadi. Awas aja kalau bohong."
Kami diam. Leni kembali fokus pada laptop di depannya, sementara aku kembali fokus dengan rekapan laporan yang harus kurevisi secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entire Love (END)
General FictionArdella Ayuning Putri (Della) dikhianati pacar sekaligus sahabatnya. Radit dan Rere, dua orang yang sangat dia sayangi, justru menghancurkan kepercayaannya hingga berkeping-keping. Di saat Della melampiaskan kekesalannya di atap hotel, dia bertemu...