Bab 20

25.8K 2.7K 106
                                    

 " Cukup kamu jadi istri saya."

BRRRRRRRR!

Air mineral di mulutku menyembur keluar tepat mengenai wajah Pak Razan.

"ISTRI?!"

" ARDELLA!!! KAMU BIKIN SAYA BASAH!"

.

.

.

Aku melongo dengan mata terus mengerjap.

" Ba-ba-bapak bilang apa?" Aku menutup mulutku tak mampu berkata-kata lagi.

" Saya nggak suka mengulangi kalimat yang sama. Dan—harus banget kamu nyembur kaya gini?!" Pak Razan melotot ke arahku. Detik berikutnya dia berdiri sambil mengelap wajahnya dengan sapu tangan lalu pergi meninggalkanku yang masih bengong di tempat.

" Hei Pak! Mau kemana?!"

Sialan itu orang, malah main tinggal.

" Pak! bap---aaargh!"

Karena aku berlari mengejar tanpa melihat jalan, kakiku tersandung batu yang tergeletak sembarangan di trotoar. Praktis aku terjatuh hingga terduduk di tanah.

" Duh!" Aku menatap miris telapak tanganku yang perih karena sedikit tergores. Aku berusaha bangun dengan susah payah dan berhasil. Aku memejamkan mata sejenak ketika menyadari hak sepatuku lepas.

" Apaan nih, harga aja yang mahal, kualitas murahan!" Aku menatap kesal sekaligus miris ke arah sepatuku.

Dengan langkah sedikit pincang, nyeker pula, aku berjalan menuju mobil Pak Razan yang masih terparkir sekitar seratus meter dari tempatku jatuh.

" Dasar boss gila! Sinting! Aneh! Menyebalkan!" Aku terus memaki sambil menatap mobil yang masih belum ada tanda-tanda akan berjalan. Dia nggak lihat aku jatuh apa ya? Harusnya kalau lihat, peduli dikit kek!

Asli aku heran, yang ada di kepalanya itu apa sih? Sumpah aku pengen jedotin tuh kepala ke tembok biar bisa berpikir kaya orang normal. Orang normal mana mungkin ngajak nikah kaya ngajak main ke pasar malem. Emang gilanya udah stadium akhir!

Dengan tadi dia bilang 'cukup kamu jadi istri saya' itu sama aja dia ngajak nikah kan?

" Kamu itu jalan apa ngesot?"

Aku mendongak ketika mendengar itu. Pak Razan tiba-tiba sudah berdiri tidak jauh dariku. Kapan datangnya?

" Ngesot." Aku mencebik lalu melewatinya begitu saja.

" Sepatumu kenapa, Dell?"

" Bukan urusan bapak. Sana bapak pulang sendiri aja, saya mau pesan taxi online."

Bodoh! Kenapa aku nggak kepikiran dari tadi? Aku nggak bisa bayangin betapa canggungnya nanti ketika kami berada dalam satu mobil.

" Dell,"

" Hallo, iya pak? Oh bagus kalau bapak udah dekat. Iya, iya, saya lihat mobil bapak. Saya yang pakai baju biru laut. Iya, pak." Aku tersenyum puas ketika tahu ternyata taxi yang aku pesan sudah sangat dekat dari tempatku berdiri.

" Dell! Apa-apaan kamu? Pulang sama saya."

Aku hanya melirik Pak Razan sebentar tanpa menggubrisnya. Aku tersenyum lebar ketika Taxi pesananku sudah berhenti tepat di depanku.

" Mbak Della ya?"

" Iya Pak, tujuan Jogja ya Pak—" Aku baru saja menyentuh pintu belakang mobil ketika tanganku ditahan oleh Pak Razan.

" Dell, asli nggak lucu ya, kalau kamu kaya gini."

" Saya belajar ngelucu dari bapak, kalau bapak lupa." Aku hanya tersenyum sekilas lalu kembali membuka pintu mobil.

Entire Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang