Bab 26

26.7K 2.5K 84
                                    

                                "Nih pesananmu! Sambelnya kukasih tiga sendok full." Aku tersadar dari lamunanku begitu Leni datang membawakan satu plastik bakso lima ribuan yang dia beli di tukang bakso yang biasanya mangkal di dekat halaman kantor kami.

" Makasih." Aku menerima bakso dari tangan Leni lalu kembali melirik pintu yang dari tadi masih tertutup rapat.

" Duileeee matanya jelalatan mulu Dell! Orangnya nggak masuk kerja hari ini."

" Hah? Nggak masuk kerja?"

" Emang kamu nggak tau?"

Aku menggeleng.

" Buka grup kek! Mana hapemu?"

Oh iya hape!

" Kelupaan Len, hapeku di tas yang satunya. Tadi mau balik, males."

" Dasar pikun! Masih muda padahal." Leni memutar bola mata malas sambil membuka plastik baksonya dengan gigi.

Pak Razan nggak masuk kerja? Serius? Kenapa?

" Tadi buru-buru, ingetnya udah di tengah jalan. Kamu tahu sendiri dari rumahku kan jalan searah. Males kalau balik lagi, harus muter." Aku menjedotkan kepalaku ke meja beberapa kali. Bisa-bisanya, barang sepenting ponsel bisa ketinggalan.

Kira-kira Pak Razan ngasih tau aku nggak ya, kalau hari ini dia nggak berangkat? Pasti iya kan? Keterlaluan kalau sampai enggak!

" Eh ngomong-ngomong kemarin kalian ngapain aja? Jangan bilang kamu sama Pak Razan ada apa-apa di belakang kita-kita. Ngaku Dell!" Leni mencondongkan badannya mendekat kearahku. Aku celingukan kanan kiri memastikan kalau yang lain masih di luar karena ini masih jam istrirahat.

" Kapan-kapan aku cerita. Tapi nggak sekarang."

" Sekarang!"

" Len, please, aku—"

Tok tok!

Kalimatku terputus ketika tiba-tiba aku mendengar pintu ruangan diketuk.

" Ardella Ayuning ada?" Tanya seorang laki-laki berkaca mata yang akrab di mataku, tapi aku nggak tahu namanya.

" Saya, kenapa?" Aku mengangkat tangan sejenak sambil mengerutkan dahi.

" Jam satu disuruh nemuin Pak Romi mbak."

" Hah?" mataku langsung melotot mendengar nama 'Pak Romi'.

"Ditunggu banget katanya mbak." Lanjutnya kemudian.

Mataku semakin melotot mendengarnya.

" Sa-saya, dipanggil Pak Ro-romi?" Tanyaku tak percaya.

" Kalau mbak ini mbak Ardella, berarti iya, mbak di panggil Pak Romi. Segera, setelah Istrirahat makan siang selesai."

Aku langsung menelan ludah begitu laki-laki berkacamata itu pergi.

" Wadowwww! Pak Romi manggil kamu Dell! Ada apa gerangan? Sumpah kamu tega banget belum cerita apa-apa ke aku!"

" E-enggak gitu Len. Aku juga nggak tahu kenapa aku di panggil. Apa aku di pecat ya?"

" Hah? Dipecat?! Emang kamu buat salah apa?"

" Sudah buat anak angkatnya jatuh cinta."

" Jatuh cinta?!!!!"

" Jangan keras-keras dodol!!!" Secepat kilat aku langsung membekap mulut Leni. Ini anak kalau teriak kerasnya udah kaya pakai toa masjid. Kan aku cuma bercanda aja, malah reaksinya seheboh itu. ckckck!

Entire Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang