Bab 23

26.5K 2.5K 122
                                        

"Di- Dimas? Sejak kapan kamu disitu?"

Saat ini rasanya seperti aku habis kepergok mau aneh-aneh. Padahal emang iya. eh!

" Nggak penting sejak kapannya, yang penting aku datang di waktu yang tepat." Dimas menarik kursi lalu duduk, sementara aku langsung berdiri, menjauh dua langkah.

" Ajak mbak Della nikah aja mas, nggak bakal aku aduin kalau kalian mau begituan."

" DIMAS!" Reflek tanganku langsung menjewer telinga Dimas kuat.

" Aaaaw! Masyaalloh sakit banget Mbak Dell!" Dimas mengaduh sambil menyingkirkan tangaku dari telinganya.

" Jangan dengerin Dimas ya Pak, biasa, dia mah suka ngelantur." Aku mendelik ke arah Dimas sementara Dima malah mencibir ke arahku.

" Apasih mbak, bilang aja mau. Ya kan?"

" Nggak lah."

" Oh kamu menolak lamaran saya?"

Mataku langsung menyipit mendengar pertanyaan itu.

" Lamaran? Kapan? Nggak pernah tuh!"

" Kakak kamu itu, dulu di kasih susu apa sih Dim? Sampai dia nggak paham satupun kode dariku. Payah!"

" Susu kudanil mas. Yang udah kadaluarsa lagi. Jadi Mas Razan harus ekstra sabar. Aku aja aslinya nggak mau punya kakak modelan Mbak Della."

Aku melongo.

" Heh kutu! Mulai hari ini mbak pecat kamu jadi adik ya!"

" Sebelum aku dipecat, aku sudah mengundurkan diri dulu ya mbak, sorry!"

Aku menggeram tertahan mendengar kalimat semena-mena dari Dimas. Memang adik tak tau diuntung! Please lah, aku jual Dimas satu juta aja, ada yang mau nggak?

" Kakak kamu itu, selain kepekaannya nol persen ternyata bisa kaya anak kecil juga ya Dim?"

" Nol persen masih kebagusan lah mas, kalau kataku mah udah minus."

" Gitu aja terusss! Saya permisi kalau gitu."

" Ehhh, bentar mbak. Aku aja yang pergi. Mbak tetep disini. Tapi ingat, jangan macam-macam. Awas aja!"

Setelah mengatakan itu, Dimas langsung pergi begitu saja meninggalkan kami berdua.

" Dell, saya---"

" Saya juga mau keluar."

" Nggak temani saya disini?"

" Bapak siapa ya?" Aku memutar bola mata malas.

" Saya atasan kamu, kalau kamu lupa."

" Oh iya. Kalau begitu, saya permisi dulu ya Pak Boss. Takut ganggu istirahat bapak. Selamat beristirahat bapak!" Ucapku dengan nada sopan yang sengaja aku buat buat.

" Dell, please..."

" Ibu saya sudah menunggu pak. Permisi."

Aku berdiri lalu berjalan ke arah pintu. Namun baru saja aku mau membuka pintu, pintu sudah dibuka dari luar. Praktis aku mundur satu langkah ketika melihat seorang perempuan tinggi semampai berdiri di depanku dengan membawa sebuket bunga dan satu bungkus parsel berisi buah-buahan.

Bidadari dari mana ini? Anjir lah, cantik bangeeet!

" Sayang, aku datang." Perempuan itu tersenyum lebar sambil menatap ke arah Pak Razan.

Sebentar, dia siapa? Dan-barusan apa katanya? Sa-sayang?!

" Shila?!"

" Alfa, aku kangennnn! Mana yang sakit?"

Entire Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang