Bab 27

28.2K 2.7K 115
                                        

" Tadi Alfa pesennya jus alpukat nggak papa kan?" Aku langsung mendongak ketika mendengar suara itu.

"I-iya, nggak papa--"

" Panggil Mas aja nggak papa, biar sama kaya Alfa."

" Iya, mas."

" Alfa masih mesen menu makanan, jadi dia minta aku balik dulu nemenin kamu."

" Iya mas," Jawabku kikuk.

Hening.

" Masih kepikiran?"

" Hah?" Aku sedikit tergagap mendengar pertanyaan itu.

" Omonganku yang tadi dek. Eh nggak papa kan, aku nggak bicara formal ke kamu? Masa iya ngomong formal ke calon adik ipar." Mas Andi terkekeh sementara perasaanku makin nggak karuan.

Ya coba kalian bayangin jadi aku. Aku itu belum pernah dilamar sama Pak Razan, tapi tadi udah ditanya mau nikah pakai adat apa sama Pak Romi, eh sekarang diakuin calon adik ipar sama Mas Andi. Ya, dia kakak kandung Pak Razan, tepatnya anak sulung. Aku juga baru tahu hari ini.

" E-enggak papa kok mas."

" Tadi aku bercanda aja ya. Ya lagian masa iya aku bolehin Alfa nikah sama perempuan yang 'belum aku kenal'?"

Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum kikuk plus canggung gimana gitu.

" Aku yang udah pengen nonjok situ mas. Enak banget bilang nggak setuju." Tiba-tiba Pak Razan datang lalu dengan santainya duduk di sampingku.

" Kan aku bercanda Al, lagian tegang banget tadi."

" Tegang? Tau dari mana? Ayah santai aja kok, tadi."

" Eh enggak ya? Tadi aku diem agak lama loh, di depan pintu."

" Enak ya mas, nguping?"

Mau nggak mau aku tertawa kecil ketika Mas Andi tampak kesal.

" Aku nggak nguping, cuma nunggu waktu yang tepat aja buat masuk. Oh iya Dell, pokoknya kalau Alfa berani macem macem sama kamu, bilang sama aku. Biar dia kukasih pelajaran." Hatiku langsung menghangat ketika mendengar Mas Andi bilang gitu.

" Siap mas." Aku tersenyum. Sepertinya Mas Andi orangnya ramah, aku salah menilai tadi waktu dia menatapku lurus. Kukira dia orangnya kaku.

" Mas? Kamu panggil Mas Andi pakai sebutan Mas tapi kenapa sama saya masih manggil pak?"

" Kan Mas Andi bukan atasan saya di kantor. Masa iya saya panggil mas Andi pak juga? Mas Andi juga belum setua itu."

Aku mengulum senyum ketika Mas Andi mengacungkan jempol sementara Pak Razan tampak semakin kesal.

" Saya lebih muda dari Mas Andi, kalau kamu lupa. Jadi saya lebih cocok dipangil mas daripada pak."

" Sssst! Tuh makanannya udah mau datang, sekarang bukan saatnya memperdebatkan Della harus manggil kamu siapa. Wajar lah dia manggil kamu pak, orang kamu atasan dia di kantor. Kecuali kalau kamu atasan dia di ranj--"

" Heh Mas! Aku nggak segan-segan tendang kamu kalau berani mengotori otak calon istriku."

" Uhuk!"

Aku langsung pura-pura terbatuk sambil melirik Pak Razan tajam. Detik berikutnya aku mengambil kertas dan bulpoin dari dalam tasku. Aku menulis satu kalimat yang membuat Pak Razan langsung diam.

' Tidak ada calon istri, bapak belum lamar saya kalau lupa.'

***

Setelah selesai makan malam, eh sore maksudku, Mas Andi pamit pulang terlebih dulu ke rumah Pak Romi. Tadi aku dengar selama di Jogja Mas Andi beserta istri dan anaknya menginap di rumah Pak Romi karena sekalian jenguk istri Pak Romi yang baru pulang dari rumah sakit.

Entire Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang