" Tapi belum sampai ngelakuin 'itu' kan ya?"
" Hah?!"
ITU APA?
Otakku mendadak tak bisa berpikir. Selain aku masih terkejut dengan kenyataan kalau ternyata tamu yang di maksud adalah orang tuanya Pak Razan, aku juga tidak mengerti apa maksud dari pertanyaan barusan.
" Kalau dilihat dari ekspresi kamu, pasti belum. Tante jadi lega, nggak salah tante memberi kepercayaan penuh dia tinggal di Jogja sendirian."
Aku semakin tak mengerti apa yang dibicarakan ibunya Pak Razan.
" Ma, kata papa ini buat aku?" Pak Razan tiba-tiba datang sambil menenteng bingkisan kecil di tangan kirinya.
" Kado ulang tahun, nggak usah lebay."
Aku langsung beringsut mundur ketika Pak Razan menubruk ibunya lalu memeluknya erat.
" Aku masih anak mama, ternyata. Makasih."
" Ya iya lah, sampai kapanpun kamu masih anak mama yang paling susah di atur."
Entah kenapa aku tersenyum ketika melihat ibu anak ini berpelukan tanpa canggung di depanku. Maksudku, Pak Razan jadi terlihat seperti anak kecil yang lama tak bertemu ibunya.
" Alfa! Bantu papa dulu cepet."
" Oh iya, pa!"
Pak Razan kembali berlari keluar lalu beberapa detik kemudian masuk lagi sambil membawa bingkisan besar yang entah berisi apa.
" Dek, jaketku---" suara itu berhenti begitu si empunya melihatku. Ya, suara itu milik Ayah kandung Pak Razan.
" Siapa?" Tanyanya kemudian, setelah pandangannya tak beralih sedikitpun dariku.
" Saya Della Om, saya-"
" Calon mantu kita mas."
" Hah? Bukan, tante. Bukan. Saya bukan---"
" Della masih malu pa, ma. Hehe." Aku mendelik horor ketika tiba-tiba Pak Razan berdiri di samping ayahnya lalau mengajak ayahnya duduk.
" Dell, boleh minta tolong buatin minum nggak?"
Dengan wajah super tak berdosanya, Pak Razan menyuruhku untuk membuatkan minum untuk orang tuanya. Bukannya aku nggak mau buatin, tapi kan ada yang lebih penting lagi, yaitu meluruskan kesalah pahaman kalau aku bukan calon Pak Razan.
Enak aja, dia ngelamar aku aja nggak pernah, ngaku-ngaku!
" Dell,"
" Iya,"
Pak Razan mengikutiku ke dapur dan membiarkan kedua orang tuanya istirahat di ruang tengah.
" Bapak gila ya?!" Semprotku begitu kami sampai dapur.
" Ssssst, jangan keras-keras."
" Ini nggak ada dalam permintaan awal."
" Saya saja mau bantu kamu sandiwara di depan mantan kamu, masak kamu nggak mau bantu saya?"
Aku menggeram, bahkan nyaris mencakar wajah Pak Razan.
" Ini beda cerita pak! Ini tuh melibatkan orang tua bapak. Saya nggak mau bertanggung jawab."
" Kan saya yang laki-laki, ya saya yang bertanggung jawab. Masak kamu. "
" Ishhhh! Maksud saya-"
" Please Dell, mau ya? Saya dikejar nikah terus sama mereka. Kedua kakak laki-laki saya semuanya sudah nikah dan punya anak, jadi sekarang target mereka itu cuma saya. Salah satu alasan saya mau mengurus pekerjaan Ayah di Jogja, ya biar saya nggak dicecar terus-terusan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Entire Love (END)
قصص عامةArdella Ayuning Putri (Della) dikhianati pacar sekaligus sahabatnya. Radit dan Rere, dua orang yang sangat dia sayangi, justru menghancurkan kepercayaannya hingga berkeping-keping. Di saat Della melampiaskan kekesalannya di atap hotel, dia bertemu...