Bab 11

25.9K 2.7K 194
                                    

Pagi yang cerah. Kukira itu adalah kalimat yang cocok untuk menggambarkan pagi ini. Matahari sepertinya terbit lebih pagi dari biasanya, dan langit tampak bening berwarna biru, sebiru hatiku.

Dih apasih!

"Ardella Ayuning Putri!" Sebuah suara menginterupsiku ketika aku barusaja melepas helem dan meletakkannya di spion motor.

" Apa?" Aku menoleh dan benar seperti dugaanku, itu suara Evan. Dan dia sedang berjalan ke arahku.

" Naiknya bareng ya neng."

" Kenapa? Takut nyasar?"

Evan terkekeh lalu mengangguk. Kami berjalan berdampingan dan aku bisa mendengar bisik-bisik ketika kami masuk lobi.

" Kayaknya pada gosipin kita deh Van?"

" Bagus lah, aku aminin."

Astaga ini laki-laki blak-blakan banget.

" Nggak bisa move on apa Van? Segitu sukanya sama aku ya?" Oke, aku bisa kok, mengimbangi permainannya.

" Iya nih Dell, jadi gimana, kamu mau kan jadi pa-"

" Pacul?" potongku cepat. Mata Evan menyipit lalu senyumnya mengembang.

" Pacul hatiku Dell."

" Geli ah Van."

Ivan tertawa. Buat yang belum tahu, pacul itu bahasa jawanya cangkul. Aku ngasih info aja sih.

" Pagi gaesss!" Aku menghempaskan bokongku lalu menengadah sambil menghirup napas banyak-banyak.

" Mari maculll!" Seruku lagi.

Tidak ada sahutan. Aku menegakkan badan dan menoleh sekitar. Semua yang ada di ruangan ini menatapku aneh, kecuali Evan yang tampak mengulum senyum.

" Hehe, maksudku mari kerja. Bekerja dengan baik agar bulan ini dapat bonus banyak." Ralatku sambil tertawa sumbang.

Tak ada sahutan lagi.

" Oke, aku diem." Aku merapatkan bibir lalu pura-pura sibuk menyalakan laptop.

Ini kenapa sih kok kayaknya pada tegang? Mataku menyapu seluruh ruangan. Bang Gani, Leni, Reno, dan Juni tampak murung. Disini hanya aku dan Evan yang sepertinya tak tahu apa-apa.

" Ada apa Len? Kok kaya pada tegang?" Karena lidahku gatal pengen ngomong, akhirnya aku menoleh ke arah Leni.

" Perusahaan yang di Bali, tiba-tiba memutus kerjasama."

" HAH? DEMI APA?"

" Ssssst. Jangan keras-keras."

" Kok bisa?" Suaraku mulai memelan mengikuti ritme suara Leni.

" Tadi Pak Razan yang ngasih tahu. Aku nggak yakin dia datang ke kantor jam berapa. Tapi yang jelas, waktu Bang Gani datang, Pak Razan udah datang. Kamu tahu kan, Bang Gani itu selalu datang paling pagi?"

" Bang Gani yang bilang?" Leni mengangguk.

" Tadi Bang Gani dipangil masuk ke ruangannya dan dibilangin masalah ini. Kamu tahu kan, perusahaan yang di Bali itu pentingnya kaya apa?"

" Iya, aku tahu banget. Kan waktu itu aku yang gantiin kamu nemenin Mas Doni ke Bali. Waktu itu kamu lagi sakit demam berdarah sampai dua minggu. Aku ingat banget Len, gimana susahnya bikin tuh perusahaan mau kerjasama sama kita."

" Nah makannya, aku juga nggak tahu kenapa tiba-tiba mereka ngebatalin gitu aja."

" Jadi gimana dong Len?"

Entire Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang