Pada siders, aku updatenya makin lama :(((
----------------------------------------
" Ardella Ayuning Putri, maukah kamu menikah dengan saya?"
Mataku tak berhenti mengerjap untuk beberapa detik lamanya. Seketika aku merasa blank, tidak tahu harus bagaimana.
I-ini serius?
" Dell?"
....
" Eh?! Pak, ngapain kaya gitu? Berdiri pak. Nanti ada yang lihat." Aku celingukan dan meringis ketika tukang jagung bakar tadi belum pergi dan tersenyum ke arahku.
" Pak, itu diliatin. Buruan-"
" Jawab dulu, iya atau tidak?"
" Eee, eee, saya---"
" Saya tidak akan memaksamu, kalau tidak mau ya sudah. Saya-"
" Waittt!" Aku mengangkat kedua tanganku dan memejamkan mata sejenak. " Bapak berdiri dulu, baru saya jawab." lanjutku kemudian.
Akhirnya Pak Razan berdiri dengan mata terus menatapku lurus.
" Saya bukannya nggak mau, tapi-"
" Saya tahu, kamu pasti mau." Seulas senyum terbit dan detik berikutnya tangan Pak Razan hendak terulur meraih tangan kiriku.
" Eeeh! Saya belum jawab iya." Reflek aku menarik tanganku dan menyembunyikannya di belakang punggung.
" Jadi?"
" Sebelum saya menikah, saya masih milik ayah. Jadi saya mau, kalau ayah juga setuju."
Pak Razan tesenyum lalu mengangguk mengerti.
" Untuk persetujuan ayah kamu, saya janji sesegera mungkin akan bertemu beliau, kalau perlu dengan papa dan mama saya sekalian. Sekarang, terlepas dari persetujuan ayah kamu, kamu mau nggak, menikah dengan saya? Saya tanya kesediaan kamu dulu."
" Ini bapak serius ngelamar saya?"
" Masih kurang serius apa lagi sih Dell? Saya harus gimana lagi? Apa cincin ini, tidak cukup meyakinkan kamu?"
" Bukan, bukan gitu." Aku menggeleng keras. "Saya hanya merasa ini terlalu indah kalau cuma mimpi. Saya nggak mau bangun."
Pak Razan tersenyum lebar. Tampan, tampan sekali. Semakin membuatku tak percaya jika laki-laki setampan ini baru saja melamarku.
Please, tolong seseorang cubit aku!
Hening sejenak. Pak Razan meraih tangan kiriku dan aku patuh. Dadaku seperti mau meledak ketika cincin putih itu bertengger pas di jari manis tangan kiriku.
" Saya hitung sampai lima. Kalau dalam hitungan lima belum kamu lepas, berarti kamu menerima lamaran saya."
Aku mendongak sebentar menatap Pak Razan dan cincin itu bergantian.
" Sa-tu, du-a, Lim---"
" Eitttts! Mana ada habis dua langsung lima." Potongku cepat sambil melirik Pak Razan tak terima.
" Oke, saya ulangi."
" Bentaarrrr!"
Aku masih menatap cincin itu takjub untuk beberapa detik lamanya.
"Sa-tu, du-a, ti-ga, em-"
" Iya, saya mau." Ucapku akhirnya.
" Apa? Kamu barusan bilang apa? Saya nggak denger Dell."
KAMU SEDANG MEMBACA
Entire Love (END)
Fiksi UmumArdella Ayuning Putri (Della) dikhianati pacar sekaligus sahabatnya. Radit dan Rere, dua orang yang sangat dia sayangi, justru menghancurkan kepercayaannya hingga berkeping-keping. Di saat Della melampiaskan kekesalannya di atap hotel, dia bertemu...