Krik Krik krik
Hening. Sudah lebih dari lima menit sejak kopi di depan kami disajikan, kami bertiga masih diam, belum ada yang mulai berbicara. Ya, disinilan kami –maksudku, aku, Pak Razan dan Mas Abi—duduk berhadapan di sebuah kedai kopi yang berjarak kurang lebih dua ratus meter dari rumahku.
" K-kok diem aja ya? Kopinya keburu dingin." Lirihku sambil meraih coklat hangat yang ada di depanku.
Kami memang berada di kedai kopi, tapi menu di dalamnya tidak hanya kopi. Susu, coklat, bahkan cemilan juga ada. Tadinya aku ingin pesan kopi, tapi malah berujung dipelototin Pak Razan. Katanya aku nggak boleh minum kopi. Padahal, sedirinya pesan kopi hitam. ckck!
" Lama nggak ketemu ya Dell?" Akhirnya Mas Abi memulai percakapan.
" Eh?"
Mas Abi kini menatapku lurus, lalu tersenyum.
" Hehe, iya." Jawabku kikuk, sambil melirik Pak Razan was-was.
" Sudah berapa tahun ya?"
" Lupa, mas. Lama."
" Sebenernya aku udah lama punya nomor kamu yang baru, tapi belum berani chat kamu duluan. Dan yaaa, sepertinya aku sudah terlambat?" Kali ini Mas Abi melirik Pak Razan sejenak, dan yang dilirik cuek saja, sama sekali tak memberikan reaksi apapun.
Pak Razan sedang mikirin apa ya? Dia tadi nggak jadi pulang, gara-gara lihat Mas Abi datang. Malah ikutan sampai sini.
" Dapet darimana mas?"
" Ardi. Dia ketemu pas di kondangan katanya."
" Oh iya, aku inget. Loh, kok kamu kenal mas?"
" Kenal, dia temennya temenku, dan akhirnya kami temenan juga."
" Oohhh."
Hening lagi.
" Oh iya, sebelumnya saya boleh kenalan?" Mas Abi tiba-tiba mengulurkan tangan ke arah Pak Razan. Pak Razan melirikku sejenak lalu menjabat tangan Mas Abi.
" Alfarzan." Ucap Pak Razan dengan ekpresi yang benar-benar datar.
" Abimayu." Balas Mas Abi sambil tersenyum.
Tidak ada tiga detik mereka berjabat tangan. Sumpah ya, ini rasanya kikuk, canggung, horor gimana gitu. Mana ini Pak Razan diam terus dari tadi. Mungkin dia tidak akan ngomong apapun, andai dia tidak ditanya duluan.
" Sebelumnya aku mau minta maaf. Pertama untuk Della, kamu mungkin sempat nggak nyaman karena kedatanganku dan Ayah Ibu tempo hari. Maaf, kukira kamu---ya, aku masih bisa maju, karena ayahmu tak pernah memberitahu apapun padaku setelah kamu putus dengan Radit."
" Maaf mas, aku—"
" Nggak usah minta maaf. Kita nggak jodoh, simpel." Mas Abi lagi-lagi tersenyum.
Aduh, kok malah aku yang ngerasa nggak enak ya? Mas Abi ternyata orangnya baik banget gini.
" Kedua, aku juga mau minta maaf sama sama calon suami kamu, berhubung dia juga disini sekarang. Awalnya aku pikir aku cukup minta maaf ke kamu, karena niatnya malam ini aku hanya ingin ketemu kamu dan kita bicara baik-baik. Aku merasa harus minta maaf karena aku sudah terlalu jauh sampai bawa bawa kedua orang tuaku." Mas Abi menjeda kalimatnya sejenak.
" Dan untuk kamu, Razan. Saya minta maaf, mungkin kedatangan saya yang tiba-tiba membuat sedikit masalah untuk hubungan kamu dan Della."
" Membuat masalah sih tidak, tapi permintaan maaf kamu saya terima. Saya anggap kamu minta maaf karena kamu sudah membuat perempuan yang saya sayangi menangis berhari-hari karena kedataganmu yang tiba-tiba membuat dia takut kehilangan saya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Entire Love (END)
Ficción GeneralArdella Ayuning Putri (Della) dikhianati pacar sekaligus sahabatnya. Radit dan Rere, dua orang yang sangat dia sayangi, justru menghancurkan kepercayaannya hingga berkeping-keping. Di saat Della melampiaskan kekesalannya di atap hotel, dia bertemu...