"Macetnyaaa!" Dimas menggerutu sambil mengetuk kemudi dengan jari telunjuknya. Dia melirikku dari kaca mobil sambil mengulum senyum.
Dimas asem!
Ini malam sabtu, itu artinya jalanan kota Jogja sudah mulai macet. Memang seperti itu, biasa kan, mau weekend?
" Dipuk-puk kek mbak, pacarnya." Seloroh dimas santai. Wah bener-bener minta ditabok ini anak.
" Diem kutu!" Desisku pelan. Aku melirik Pak Razan yang terlelap disampingku. Entah dia beneran tidur atau hanya pura-pura, aku nggak tahu.
Jadi setelah acara dipeluk mendadak yang menyebabkan aku spot jantung yang berujung kepergok Dimas, Pak Razan memintaku untuk ikut. Begitupun Dimas, dia bilang dia mau nyetirin kalau aku ikut terus motorku suruh ditinggal aja. Nanti kalau pulang ke rumah, teman Dimas yang tadi ikut datang udah janji mau jemput pakai mobil.
" Mbak, pacarnya kedinginan loh. Dipeluk lagi lah, kaya tadi." Dimas terus meledekku sambil terkekeh.
Sialan ini bocah. Kalau Pak Razan denger, gimana dong?
" Nyesel aku ikut." Ketusku mulai sebal.
Jantungku kembali jumpalitan ketika ada kepala menyandar dibahuku dengan nyamannya. Praktis aku menggerakkan telapak tanganku di depan wajahnya.
Kalau ini sih, dia tidur beneran. Modus benget, asli!
" Eaaak, icikiwirrrr!"
Sumpah pengen aku sumpel mulut dimas pakai kaos kaki. Aku melotot ke arah kaca mobil dan Dimas hanya menjulurkan lidah tak peduli.
" Masih lama nggak sih, nyampainya?"
" Tuh depan ada bangjo, terus belok kiri. Nanti ada gang masuk perumahan, masuk deh."
" Oh iya dim, kamu waktu main ke rumahnya, ada ayah sama ibunya?" Tanyaku dengan suara pelan.
" Sendirian mbak, kan orang tua kandung Mas Razan di Bandung. Kalau kemarin aku nggak salah denger, Mas Razan baru pindah sekitar tiga bulan yang lalu."
" Iya po?"
" Iya. Tanya sendiri kalau nggak percaya, sama pacar ini."
" Dim, mulutnya! Kami nggak pacaran ya. Sembarangan." Aku melirik sebelah dan si tukang modus ini masih tak bergerak dalam tidurnya.
" Pacaran juga nggak papa mbak."
" Dih! Lagian kok kamu jadi tahu semuanya sih Dim?"
" Orang aku diceritain semuanya kemarin. Termasuk tentang ayah angkat Mas Razan alias boss besar Mbak Della di kantor. Aku bener, kan?"
Aku terdiam beberapa saat. Ini beneran Dimas tau semuanya? Sebenarnya malem itu Dimas pulang sampai jam sembilan diceritain apa aja sih?
" Kamu ajalah, yang jadi pacarnya. 'kan kamu suka batangan." Aku terkiki pelan.
" Sialan mbak, adik gantengmu ini seribu persen normal."
" Oh ya? Kok kalau malem sabtu sama minggu kecannya sama laki?"
" Serah Mbak Della aja deh!" Dimas mndengus dan aku tertawa puas. Saking puasnya, tawaku menyebabkan seseorang yang tadinya tidur dengan lelapnya, jadi terbangun.
Matanya mengerjap beberapa kali lalu tangannya memegangi kepala.
" Hampir sampai mas, maaf ini jalanan agak macet." Itu suara Dimas. Aku sendiri sudah bergeser beberapa senti.
" Maaf ya Dim, jadi ngerepotin." Balasnya dengan suara serak.
" Santai."
Dimas menghentikan mobil di depan rumah minimalis berlantai dua. Meski minimalis, aku bisa menangkap kesan mewah rumah itu. Ketika Pak Razan keluar, aku juga ikut keluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/200763715-288-k375664.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Entire Love (END)
General FictionArdella Ayuning Putri (Della) dikhianati pacar sekaligus sahabatnya. Radit dan Rere, dua orang yang sangat dia sayangi, justru menghancurkan kepercayaannya hingga berkeping-keping. Di saat Della melampiaskan kekesalannya di atap hotel, dia bertemu...