Aku maunya kalian semua Vote dan komen yang banyak! Huhuy!
Partnya agak panjang loh, hehe.
---------------------------------------------
" Dell,"
Suara Pak Razan menginterupsiku. Aku menoleh dengan alis terangkat sebelah.
" Kok diam saja?"
" Hah?"
" Kamu itu dari tadi diam saja, kenapa?"
" Nggak, nggak papa." Aku menggeleng sambil meringis.
Saat ini kami sedang duduk di salah satu kursi yang ada di trotoar Jalan Malioboro. Sejak insiden memalukan tadi, tiba-tiba aku merasa canggung sendiri. Ya iya lah, harus banget aku nggak sengaja nyium pipi Pak Razan? Kan bikin aku jadi ingat malam itu waktu--- ya, kalian paham lah, kemana arah pikiranku.
" Mau nyoba rumah hantu nggak?"
" Emang ada rumah hantu di Malioboro?" Kali ini aku menegakkan badan lalau menoleh lagi. "Setahu saya, adanya di Taman Pelangi Monjali." Lanjuku kemudian.
" Tuh iklannya, kayaknya minggu ini aja."
Aku menoleh ke arah papan iklan yang ditunjuk Pak Razan dengan dagu. Oh iya, bener ada rumah hantu di dalam Mall Malioboro. Kok tumben?
" Alah palingan rumah hantunya kecil. Di dalam mall gitu."
" Loh siapa tahu kan? Kita belum nyoba---" Pak Razan menjeda kalimatnya sejenak. "Atau kamu takut?" Smirk mengejek muncul di wajahnya.
" Ya enggak lah! Ayuk, siapa takut?!" Aku berdiri menantang. Jujur, sebenarnya aku sendiri nggak yakin karena sebelumnya belum pernah masuk rumah hantu.
Pak Razan berdiri masih dengan tatapan mengejeknya, seolah dia sangat meragukanku. Oke, mari kita lihat siapa yang --- takut?
Akhirnya kami masuk mall dan mencari wahana rumah hantu dadakan. Ternyata nggak banyak yang antri, jadi kami bisa langsung masuk setelah bayar tiket.
" Oh cuma kaya gini, ternyata." Ucapku santai begitu melewati pintu masuk rumah hantu. Pak Razan di sebelahku hanya melirikku sejenak.
Namun ketika aku mulai berbelok, tiba-tiba ada yang perempuan berambut panjang, mata merah dan gigi hitam melambai ke arahku.
" Waaaa! Kuntilanak!" Aku menjerit lalu reflek bersembunyi di balik punggung lebar Pak Razan. Pak Razan kontan tertawa melihatku ketakutan.
" Makanya ngak usah sok berani. Pakai jalan duluan segala." Pak Razan menarikku untuk berdiri di sebelahnya.
" Apa lihat-lihat?!!!" Aku balik melotot ke arah kuntilanak jadi-jadian yang tadi melambai ke arahku.
Kami berjalan lagi. Asli sih, untuk ukuran wahana baru yang cuma di desain sementara, ini bisa dibilang cukup totalitas. Suasana dan musik pengirinya juga cukup menyeramkan.
" Paaaaak!" Aku menjerit lagi ketika ada dua tuyul seperti ingin mengejaraku. Aku reflek mengapit tangan Pak Razan lalu bersembunyi di balik lengannya.
" Udah, mereka udah pergi. Mereka itu cuma nakutin kamu aja, nggak ngejar beneran"
Ini orang kok nggak ada takutnya sama sekali sih? Wajahnya juga kalem aja nggak kaya aku, yang udah super ketakutan. Dari kecil aku memang nggak suka film horor sih, aku lebih suka lihat film komedi. Aku kalau nonton film horor yang kulihat cuma hitam, alias selimut yang kugunakan untuk menutupi mataku.
" Pak-" Cicitku ketika suasana tampak lebih menakutkan. Sepertinya, semakin ke dalam, semakin dibuat menyeramkan.
" Bapak! Pak! Pak Razan! Haaaa!" Aku menjerit nggak karuan karena saking kagetnya ketika tiba-tiba ada pocong berlumuran darah mendekat ke arah kami. Aku juga mendengar beberapa orang menjerit sepertiku. Sepertinya mereka juga sama takutnya denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entire Love (END)
General FictionArdella Ayuning Putri (Della) dikhianati pacar sekaligus sahabatnya. Radit dan Rere, dua orang yang sangat dia sayangi, justru menghancurkan kepercayaannya hingga berkeping-keping. Di saat Della melampiaskan kekesalannya di atap hotel, dia bertemu...