Bab 35

42.9K 2.7K 120
                                    

Aku membuka mataku perlahan sambil merenggangkan kedua tangan. Mataku menyipit sejenak lalu bangun. Oh, aku sudah di kamar. Pasti Mas Razan yang memindahkanku kesini. Memangnya siapa lagi?

Ketika aku mulai celingukan mencari Mas Razan, tiba tiba terdengar gemricik air dari kamar mandi. Oh, lagi mandi ternyata. Aku merenggangkan tangan sekali lagi dan tersenyum puas ketika aku merasa pegal di sekujur tubuhku sangat berkurang. Memang benar, badan kalau lagi capek cuma butuh istirahat.

Kreek!

Pintu kamar mandi terbuka, dan itu membuatku langsung menoleh.

" Loh udah bangun Dell?"

Aku langsung memalingkan wajah begitu melihat Mas Razan keluar dengan bertelanjang dada, cuma pakai celana bahan warna hitam. "Emmm, udah." Jawabku mendadak agak kikuk.

" Gimana? Masih capek kah? Butuh tidur lagi?" Kali ini aku bener-bener menelan ludah ketika tanpa aba-aba Mas Razan duduk tepat di sampingku dengan badan toplessnya.

" Pakai baju dulu kenapa sih," Sekali lagi aku memalingkan wajah.

" Loh kenapa emang?"

" Buruan ih, pakai baju. Ntar masuk angin."

" Grogi ya Dell?"

Aku menggeram ketika dengan nakalnya malah menoel daguku.

" Ng-nggak lah. Ya udah terserah, aku mau mandi juga."

Aku langsung menyibak selimut hendak pergi mandi, sebelum jantungku benar-benar lompat keluar.

" Eits, bentar dong." Mas Razan menahanku. Dia memeluk pinggangku dan mengunciku disana.

"Apa? Mau apa?!" Tanyaku setengah meronta minta dilepaskan.

" Mau ini."

Aku memekik keras ketika Mas Razan mendorongku kembali ke kasur. Seketika badanku panas dingin nggak karuan.

" I-ini masih sore." Cicitku.

" Siapa yang bilang pagi?" Mas Razan tersenyum miring.

" Ya udah, minggir dulu. Aku mau mandi."

" Sebentar saja."

Aku hanya bisa diam tak berkutik ketika Mas Razan mencium keningku, turun ke hidung lalu berakhir di bibir. Dia berhenti agak lama disana. Tidak ada pergerakan liar seperti tadi pagi, hanya kecupan lembut dan lama.

" Aku nggak mimpi kan Dell?" Ucapnya ketika mengangkat wajahnya dan menatapku lekat.

" Kalau beneran mimpi gimana?" Aku mengulum senyum.

" Nggak mau bangun. Dari kemarin pagi, bahkan sampai saat ini, rasanya masih kaya mimpi, Dell."

" Ini sama sekali bukan mimpi." Aku mulai mengalungkan tanganku dilehernya.

" Coba buktikan."

Aku mengangkat kepalaku sejenak lalu kuberanikan diri mengecup bibir Mas Razan, dua detik.

" Cukup?"

" Sangat jauh dari kata cukup." Mas Razan malah terkekeh.

" Oke. Kalau ini?" Aku mengangkat kepalaku lagi dan melakukan hal yang sama, namun kali ini lebih lama. Mungkin sekitar lima detik.

" Masih belum cukup."

" Ngelunjak aja terus." Aku pura-pura kesal lalu mendorong Mas Razan untuk pergi dari atasku namun gagal.

" Mas minggir dong, aku mau mand-" Kali ini aku tak dibiarkan menyelesaikan kalimatku karena detik berikutnya Mas Razan sudah membungkamku dengan ciuman mautnya.

Entire Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang