Suasana kembali ricuh setelah pelajaran pertama selesai. Hari ini hari kedua Shadan bersekolah disana. Belajar dikelas XI MIPA 1. Teman sekelasnya memang menyenangkan akan tetapi Alka dan Vernon yang sepertinya susah didekati. Mereka terlihat terlalu Cool seperti adiknya—Cika. Shadan bahkan tak bisa membayangkan jika adiknya bersatu dengan orang seperti mereka. Dingin sudah dunia Shadan.
Tapi, selain mereka ada yang Shadan sedikit perhatikan. Shadan kenal namanya Natta. Begitulah setidaknya apa yang adiknya katakan. Sebenarnya Shadan lebih ingin memanggil gadis itu Lia, terasa sangat pas untuk wajahnya yang kalem. Tak seperti Natta yang lebih mengarah pada seorang dengan sikap tomboy.
Buk...
"Argh!!" desis Shadan saat kepala TERbentur sesuatu yang keras. Atau memang DIbentur.
"Gila. Jangan ngedesah gitu, Bego!" ucap gadis yang ternyata sudah berdiri di belakangnya.
Baiklah tanpa perlu di lihat lagi Shadan sudah tau itu adiknya. Dan tebak dengan apa tadi dia memukul kepala Shadan? Ok... Dia memukul kepala Shadan dengan pegangan sapu kelas. Astaga... Kejam sekali gadis ini.
Tanpa menunggu perintah Cika kini sudah duduk disamping Shadan. Gadis itu dengan tidak tau malunya bersedekap tangan sedap. Sementara Shadan yang tak habis pikir dengan tingkahnya hanya menggeleng. Sudahlah ia sudah kebal dengan sikap gadis yang satu ini.
"Ngapain lo liatin sohib gue?"
Satu pertanyaan yang membuat Shadan menatap Cika. "Nggak tuh!" elaknya.
Cika menghela napas, lalu memberi Shadan isyarat supaya mendekat kearahnya. Shadan dengan sedikit ragu mendekat.
"LO SUKA NATTA YA!?" teriak Cika membuat seluruh pandangan mengarah padanya. Yah you know! kecuali Vernon, Alka, Natta. Seluruh anggota kelas yang sedang berpiknik di kantin.
"KUPING GUE BUDEK, ANJIR!" balas Shadan kembali memekik.
"Ngeles aja lo kek bajay pertigaan!" ungkap Cika.
"Emang dipertigaan ada bajay yah?"
"Bodo ah, sejak kapan gue punya abang sebego lo?" Shadan malah balas berpikir. Terlihat memikirkan jawabannya.
Cika yang tadi tak waspada sontak terkejut saat Natta berjalan kearah mereka. Satu pertanyaan dibenak Cika. Buat apa Natta kesini¿
"Lagi ngomongin gue nih ceritanya?" tanya Natta sedikit bercanda.
"Tumben Natt?!"
"Lagi bosen gue baca buku mulu, ikut nimbrung boleh nggak?!"
"Nggak ada kok undang-undang yang larang lo ikut gabung." jawab Shadan enteng.
Cika mengerti tabiat sohibnya sehingga ia langsung menggerling tak suka. Menurutnya boleh saja kalo mau deketin orang lain, tapi Shadan¿ dia kakak Cika. Tak mungkin Cika akan rela membuat kakaknya menjadi mangsa Natta.
"Tadi keliatannya sibuk banget."
Natta tersenyum terpaksa. "Itukan tadi!"
"Gue emang nggak bisa debat sama lo. Tapi, lo harus bikin gue yakin ini bukan akal-akalan lo kan?!"
Natta kembali tersenyum. "Lo sohib gue kan?"
"Nggak gini juga caranya."
Shadan terlihat bingung dengan apa yang sedang adiknya dan Natta bicarakan. Seperti mengarah kepada sesuatu, terdengar sedang membicarakan sesuatu yang serius. Apalagi sekarang mata mereka beradu sinis.
Shimi dan Gaby yang baru saja datang langsung begidik ngeri saat memasuki area kelas. Sepertinya ada yang nggak benar. Shimi berpikir, "saatnya membangun komunikasi yang aktif dan kreatif!"
KAMU SEDANG MEMBACA
IQ vs EQ
Teen FictionIni hanya kisah anak SMA biasa yang identik dengan kisah romansa remaja. Hanya saja perbedaannya keempat gadis itu memiliki IQ yang sangat tinggi membuat mereka sulit dikalahkan dalam hal asah otak. Salah satu dari mereka adalah Natta, gadis jenius...