Ketiga gadis itu menghela napas begitu mereka berkumpul di ruang tamu basecamp. Mereka merasakan betapa beratnya hari ini. Rasanya bahkan sampai mereka tak bisa mengangkat benda barang seringan kapas pun. Pagi-pagi sudah ada Vlo yang menghancurkan Mood mereka dan sekarang Shimi hilang. Apalagi setelah ini?
"Gimana cara kita nemuin Shimi kalo gini?" Gaby mengacak rambutnya prustasi.
"Jangan lupa Nauval juga marah sama kita." ungkap Cika membuat yang lainnya menghela napas resah. "Gue cuma berharap dia mau bantu kita."
🌀Flashback🌀
"Diculik? Bercanda yah!" Nauval tertawa renyah ketika menyadari Natta diam saja dan terlihat serius. Dia langsung menyisir rambutnya kebelakang. "Dimana Shimi?" bentaknya dengan nada suara yang meninggi, untung disana sedang sepi. Jadi, tak ada orang yang memperhatikan mereka.
"Gue nggak bercanda Val!" tegas Natta serius.
Nauval merotasikan kepala sembari menjilat bibir menyatakan ketidakpuasannya terhadap penegasan Natta tadi. Kemudian ia berbalik mencoba pergi darisana. Namun dicegah oleh Cika yang mencekal tangannya.
"Lepasin gue!" Pinta Nauval dengan Nada suara yang tegas. Ini sangat beda dari Nauval yang biasanya friendly dan humble.
"Val!" Hanya satu kata dari Cika dan itu mampu membuat Nauval melunak.
Nauval menghela napas dan berbalik. "Kita butuh bantuan lo Val! Kalo lo bersedia datang ke basecamp kita nanti malem, kalo nggak, lo bisa pulang bilang ke orang tua Shimi biar polisi dapet nyari dia." jelas Natta. Ia berhenti sebentar. Tapi Nauval buru-buru berbalik. Ia sepertinya tak berniat untuk menolong Natta. "Tapi, itu berbahaya buat Shimi. Dia juga bisa dipenjara." kening Nauval mengkerut. Kenapa Shimi bisa dipenjara? Maksudnya, Shimi sekarang adalah korban.
"Pikirkan baik-baik!" setelah kalimat terakhir itu akhirnya Nauval benar-benar pergi.
Natta menghela napas panjang. "Lo juga harus ikut operasi kali ini." ucapnya sembari melihat Varrel. "Karena lo udah terlalu terlibat dengan kita." imbuhnya. "Datang ke basecamp nanti malam. Kita bakal nyusun rencana." Gaby mau tidak mau menyetujui bergabungnya Varrel dengannya dalam operasi kali ini. Ia tak bisa menolak, masalahnya Varrel sudah terlibat terlalu jauh untuk dibiarkan. Lagi pula sepertinya Varrel tak bisa berpihak pada Vlo.
"Ahh satu lagi, jangan biarin Arka, Vernon, sama Shadan atau yang lain tau." Natta dengan tegas memperingati hal itu. "Gue nggak mau banyak orang yang ikut campur." akhirnya Natta berlalu pergi bersama Cika dan Gaby.
🌀Falshback off🌀
Tok.... Tok.... Tok... Tok....
"Buka aja!" teriak Gaby. Pintu terbuka menampakan Varrel yang beranjak masuk. Dengan gerakan kepalanya Cika mengisyaratkan Varrel untuk duduk. Varrel menurut dan duduk di bangku yang kosong, di depannya telah duduk Gaby dan Cika sementara Natta duduk di kursi single.
Sejurus kemudian mereka terus menatap pintu masuk berharap akan kedatangan seseorang. Nauval. Mereka masih mengharapkan untuk kedatangannya. Mereka sangat berharap Nauval bersedia bergabung dalam operasi ini tanpa melibatkan polisi.
Tok.... Tok... Tok... Tok...
Ketukan pintu itu disambut bahagia oleh mereka yang terduduk menanti disana. Pintu terbuka memuntahkan lelaki yang kedatangannya sama sekali tidak bisa diprediksi. Itu bukan Nauval. Itu adalah Shadan. Dengan tingkah absurdnya. Ia dengan nyaman langsung duduk disopa sementara mereka yang ada disana memperhatikannya lamat-lamat.
Ia meletakan paperbag di meja, sembari berkata. "Nih titipan dari mamah!"
"Tau darimana lo tempat ini?" Cika langsung menyerbunya dengan pertanyaan yang menunjukan ketidak sukaannya atas kedatangan Shadan.

KAMU SEDANG MEMBACA
IQ vs EQ
Fiksi RemajaIni hanya kisah anak SMA biasa yang identik dengan kisah romansa remaja. Hanya saja perbedaannya keempat gadis itu memiliki IQ yang sangat tinggi membuat mereka sulit dikalahkan dalam hal asah otak. Salah satu dari mereka adalah Natta, gadis jenius...