I_EQ 8 {OSIS #4}

22 3 0
                                        

Hari ini debat berjalan sesuai rencana dan jalannya debat sangat lancar didukung oleh cuaca yang hangat. Beberapa siswa hanya menyampaikan pertanyaan yang Natta anggap umum. Ia sedikit kesal karena pertanyaannya masih belum berbobot. Tapi, ada satu pertanyaan yang membuatnya tertantang. Dan pertanyaan itu dari Cika, sahabatnya sendiri.

Memang sulit menjawab Cika yang terkenal savage itu. Setelah dijawab Natta dan Shadan pertanyaannya ia kembali terus bertanya seakan ia memiliki pertanyaan beruntun. Tapi, keadaan stamina nya mendukung untuk Natta dan Shadan. Jika dalam keadaan sehat sudah pasti Cika akan menghamburkan pertanyaan lain yang lebih sulit dan menantang otak mereka untuk bekerja lebih keras.

Setelah debat berhenti. Mereka dianjurkan untuk memilih ketua osis yang mereka inginkan dengan Cara online. Votting di tutup pada esok hari jam 8 pagi dan juara akan diumumkan secara langsung pada jam 9 nya. Itulah sistem yang biasa mereka lakukan.

Natta terlihat sedang menyesap minumannya. Ia kini duduk di tribun penonton. Tenggorokannya memang sedikit seret. Capek juga yah jadi calon ketua osis. Ah setidaknya tambahan nilainya cukup menggiurkan.

"Nat, selamat lo berhasil lolos dari ujian gue!" suara seseorang tiba-tiba saja muncul tapi ditebak dari langkah kakinya itu bukan hanya seseorang.

"Dilihat dari cara lo nanya, lo pasti udah sehatkan!?" celetuk Natta yang tentu saja di arahkan pada Cika.

Cika hanya tersenyum penuh arti sementara gadis lainnya duduk di depan Natta. Dengan bangku yang tidak di balikan. Hanya tubuhnya saja yang menghadap ke Natta. "Lha emang si Cika kenapa?"

"Cuma mau caper dikit ke abang gue." jawab Cika disisipi nada bercanda.

Gaby hanya Tunggu ia baru menyadari sesuatu. Ada yang kurang nih kayaknya. Dia dengan terang-terangan menghitung jumlah orang disana. Yang tentu saja mendapatkan tatapan geli Cika dan Natta. 3 orang. Gaby mengerutkan dahinya, kemudian ia berseru riang ketika mengetahui seseorang tak ada diantara mereka. "Si polos mana?"

"Dia lagi latihan, buat semifinal. Katanya!"

"Njir, maen semifinal aja tuh anak. Lama-lama mungkin dia bakal bilangnya pas go internet!" celetuk Gaby yang tentu saja bercandaan.

Tapi, candaan itu sama sekali tak lucu malah terkesan garing yang membuat Cika dan Natta langsung saja pergi meninggalkannya.

"Si anjir maen tinggalin aja. Tunggu woy!" pekik Gaby yang akhirnya mengikuti Natta dan Cika.

Memang sih acara sudah berakhir beberapa muridpun sudah mulai meninggalkan sekolah. Para guru juga tak melarang mereka pulang. Jadi, dari pada menjadi tawanan makhluk halus sekolah mendingan mereka pulang saja.

🌀🌀🌀

Gadis itu masih berlatih meski ruang latihan terlihat sepi. Hanya ada dia. Coachnya dan teman sepelatihannya sudah pulang beberapa menit yang lalu. Meski keringat terlihat membuat poninya basah ia masih tetap menggerakkan tubuhnya tanpa jeda.

Musik masih mengalun dan dia menari seolah tubuhnya di gerakan sendiri oleh musik itu.

Baru saat terdengar suara sepatu mendekat ia menghentikan gerakannya. Ia langsung sumringah. Artha pasti sudah menjemputnya pikirnya.

"Ar..." panggilannya terhenti saat tubuhnya membalik sempurna melihat siapa yang datang.

"Ngapain Vernon kesini?" pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Shimi.

🌀🌀🌀

Cika dan Gaby sudah beranjak ke parkiran tadi untuk membawa mobil mereka. Natta? Ya jelas dia ikut bersama Gaby. Bisanya juga seperti itu.

IQ vs EQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang