I_EQ 6 {OSIS #2}

25 4 0
                                        

"Cieee... Liatin gue!" celetuk Shadan dengan kepd-annya. Natta yang akhirnya tersadar hanya mendengus sembari memalingkan wajahnya.

"Tenang aja, gue cuma heran. Cowok kek lo ada di perpustakaan? Hmmm... Hebat!" gumam Natta yang tentu saja Shadan dengar. Karena perpuastakaan adalah tempat yang amat sangat tenang.

Shadan berdiri berjalan maju mendekati Natta. Matanya menatap Natta lekat. Kemudian ia menyimpan buku itu kembali membuat celah yang kecil itu tertutup sempurna. Sampai Natta tak bisa melihat kesebrang. Dasar lelaki aneh.  Desisnya dalam hati.

Natta membawa buku yang dibutuhkannya. Ia berniat pergi dan mencari tempat duduk agar tidak lesehan.

"Hana!!!" pekik seseorang yang suskses membuatnya terkejut.  Sangking terkejutnya ia sampai mundur dan kepalanya terkantuk rak buku dibelakangnya.

"Awww..." erangnya memegang belakang kepalanya.

Melihat itu Shadan langsung khawatir dan melontarkan beberapa kata seperti 'maaf' 'are you okkay?' 'sakit nggak' dan beberapa ungkapan lain yang sama sekali tidak digubris Natta karena belakang kepalanya yang lebih ingin diperhatikan.

Shadan beralih kebelakang tubuh Natta dan melihat kepala Natta yang dipegang Natta sendiri. Ia menyingkirkan rambutnya dan mencari daerah yang terbentur tadi. "Dimana yang sakit?" tanya Shadan khawatir baiklah ia mengakui itu salahnya.

"Disini?" tanya Shadan sembari menekan satu bagian kepala Natta yang sedikit benjol. "Aw... Aw... Woy kepala gue sakit, pusing. Yang lukanya malah diteken... Makin sakit bego!" keluh Natta yang memang merasakan beban dikepalanya.

"Eh... Sorry!" ujar Shadan cengengesan tanpa dosa.

Natta sedang berusaha sekuat mungkin untuk mengurangi rasa sakit yang beberapa kali menghantam kepalanya. Ia tak mau kelihatan lemah dihadapan lelaki. Apalagi Shadan yang sekarang notabennya adalah saingannya. Tak lama kemudian ia sadar sesuatu, setelah rasa sakitnya berangsur memulih. "Lo lagi nyari apa dikepala gue? Perasaan lukanya udah lo liatkan?"

Tanpa sadar Shadan terkikik setelah sekelebat ide jahil muncul diotaknya. "Lagi nyari kutu!" seketika tawa Shadan pecah.

Mata Natta membelalak kaget ia langsung membalikan badannya dan menatap Shadan tak percaya. Shadan masih saja tertawa tanpa merasa bersalah.

Dengan geram Natta memukul lengan Shadan dengan buku ensiklopedia yang ada ditangannya. Shadan mengerang kesekitan sambil memegang lengannya yang jujur saja terasa sakit. Dengan ekspresi Shadan yang kesakitan membuat Natta tertawa puas. Tanpa sadar Shadan juga tertawa mengingat kelakuan mereka berdua.

"Di perpustakaan kok malah bercanda!" reflek Shadan meraih kepala Natta dan kembali memainkan rambutnya seperti saat ia mencari luka di kepala Natta. "Pacarannya bisa di kantin tuh!" tegur guru itu.

"Nggak pacaran kok!" sangkal Natta dan Shadan kompak.

"Terus itu lagi ngapain?" tanya sang guru lagi.

Shadan reflek menjawab, "Nyari kutu!"

"Iya, pak!" setuju Natta tanpa sadar.

Bapak guru penjaga perpustakaan itu ber'oh' ria. Kemudian pergi sambil menahan tawa. Tunggu, Natta menyadari sesuatu. Shadan berhasil menjebaknya lagi. Dengan wajah kesalnya, ia menjewer telinga Shadan dan tentu saja membuat sang empunya telinga mengaduh kesakitan.

"Ayo ikut! Gue bilangin lo ke Cika, sekalian dikirim ke malaikat izrail." ucap Natta sembari menyeret Shadan keluar.

"Yah... Ampun ndoro Natta!" Shadan menempelkan kedua telapak tangannya sembari memperlihatkan puppy eyes nya.

IQ vs EQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang