Natta dengan kesal melangkah ke ruang OSIS. Setelah Resmi jadi WAKIL ketua OSIS. Natta selalu mondar-mandir disana. Tapi, setiap kali ke ruangan itu rasanya sedikit memuakan. Ada dendam yang harus ia kubur dalam-dalam saat melihat Shadan dengan entengnya tersenyum pada para anggota OSIS yang mengaguminya.
Sekarang apalagi? Kenapa si sialan Shadan itu meminta anggota utama Osis berkumpul pagi hari ini? Rasanya Natta ingin sekali mencabik-cabik jantungnya. Jika dia tidak ingat kalau Shadan itu adalah kakak dari sahabatnya Cika. Lagi pula gendre cerita ini bukan thiller.
Memang berkali-kali ia mengurung rapat-rapat obsesinya. Tapi, setiap kali ingat passionnya 'NATTA TIDAK INGIN KALAH'. Membuatnya kesal setengah bego, apalagi mengingat ia dikalahkan oleh anak baru. Membuat Natta selalu tersenyum miris.
Brak...
Natta memasuki ruang OSIS dengan wajah datarnya. Ia teramat sangat kesal jika menerima perintah dari orang yang sama sekali tidak Natta sukai.
Disana baru ada Shadan yang tengah berdiri memegang buku dengan sebelah tangannya, setengah membungkuk karena dia sedang mengoperasikan Laptopnya dengan posisi berdiri. Ia memakai kacamata yang entah kenapa menambah daya tariknya. Wah... Terlihat sangat tampan. Tapi, lupakan anggapan itu dari Natta. Gadis itu hanya dengan acuh duduk bersedekap tangan.
"Ini anak-anak OSIS nggak ada tanggung jawabnya banget. Terus aja telat! Kapan mau disiplinya?" Dumel Natta terlihat kesal.
Shadan yang menyadarinya menghela napas, lalu duduk di depan bangku Natta. Yah, kalian taukan tata letak meja bundar yang besar!?
Sebagian dirinya merasa heran. Bukankah seharusnya ia yang kesal karena waktu El datang? Keadaannya terbalik seperti ini sedikit membuatnya kesal. Apakah semua kaum hawa selalu bertingkah sulit ditebak seperti ini?
"Gue rasa tiap lo ketemu gue. Lo bawaannya ngambek mulu! Gue ada salah apa sama lo?" kini Shadan mengeluarkan unek-uneknya.
Natta terlihat santai menyandarkan punggungnya. 'Banyak!' Natta ingin menjawab itu. Tapi, ia segera mengunci mulutnya dan matanya mulai menutup. "Berusaha kek! Adik lo kan sahabat gue. Ceritanya jadi nggak seru kalo gue kasih tau." Dia mulai mengatupkan bibirnya dan berusaha mencari tempat yang nyaman.
Shadan kembali menghela napas sambil beranjak dari tempat duduknya. Ia menggaruk tengkuknya untuk melampiaskan kekesalannya. Selalu saja seperti ini. Jalan pikiran Natta sangat tidak mungkin untuk ditebak.
Tak lama anggota utama osis datang. Mereka langsung duduk di bangku yang sudah disediakan. Kebetulan bangku itu diberi name tag.
"Ok baiklah sepertinya sudah kumpul semua, kita langsung saja mulai." ucap Shadan membuka pembicaraan. Aura dewasanya mengguar kala ia memakai kacamatanya.
Shadan memberikan berkas yang menumpuk di mejanya. Para anggota itu langsung membuka dan membacanya. Mereka nampak serius. Berkas itu adalah sebuah proposal.
"So, sekarang lo mau minta kita ngisi acara buat ulang tahun sekolah?" celetuk Natta. Matanya masih pokus membaca proposal itu.
Shadan mengangguk. "Iya! Tapi, lebih tepatnya pembina yang meminta saran kita." Natta tersenyum dingin kemudian ia meletakan proposal itu kasar, ia terlihat tidak menyukai hal itu.
Gadis didepan Natta mengacungkan tangan. "Ketua, bagaimana kalau ngadain lomba porkelas dan lomba guru. Pasti, seru tuh!" usul gadis ber name tag Hawa itu.
"Ngundang Anak Sd sama TK sekitar juga seru kayaknya!" timpal Rayni.
Kemudian Natta terlihat menyeringai sekejap sambil bergumam dengan keras. "Nggak sekalian tanding sama SMK ERLANGGA Biar seru!"
KAMU SEDANG MEMBACA
IQ vs EQ
Teen FictionIni hanya kisah anak SMA biasa yang identik dengan kisah romansa remaja. Hanya saja perbedaannya keempat gadis itu memiliki IQ yang sangat tinggi membuat mereka sulit dikalahkan dalam hal asah otak. Salah satu dari mereka adalah Natta, gadis jenius...