Natta duduk menatap kedua tangannya yang mesin terasa perih meski telah di obati dan di perban. Ia menghela napas. Luka ini harus segera sembuh atau kemungkinan terburuk nya ia terpaksa harus membatalkan diri untuk ikut lomba kejuruan.
Ibu perawat UKS baru itu bilang jika dia tidak boleh beraktifitas berat dulu jika itu berkaitan dengan tangannya. Seperti menulis terlalu banyak. Itu akan mempengaruhi kecepatan membaiknya luka.
"Kita minggat aja yuk!" ajak Shadan membuat Natta terbelalak kaget. Ini anak cari masalahnya ekstrim amat.
Shadan tertawa melihat reaksi Natta. "Reaksi macam apa itu." celetuk Shadan.
Bukh...
Natta memukul punggung Shadan kesal dengan. Shadan tentu saja neringis karena kesakitan tapi beberapa saat kemudian ia kembali tertawa. Yah, ternyata hanya lengannya saja yang luka kekuatannya tidak sedikitpun berkurang.
"Ketawa teros sebelum gue ketawain balik!" celetuk Natta dengan menggulirkan matanya.
"Eyy... Ngambek nih mas bro." Natta tak menanggapi ia belagak seakan ia tak mendengar Shadan yang sedang berada disampingnya. "Gue serius ngajak minggat nih!" desak Shadan yang berhasil menarik perhatian Natta lagi.
Natta siap-siap memukul Shadan tapi, Shadan sudah menyadari itu jadi langsung memegang tangan kanan Natta yang sedikit terangkat. Ia mengarahkan tangan gadis itu tepat di depan wajah gadis itu. "Liat! Dengan kedua tangan yang dililit kek gini. Gimana caranya lo mau nulis huh? Buat sehari saja, demi kebaikan lo, kita pulang yah." rayu Shadan.
Keadaan yang dramatis tiba-tiba berubah serius saat Natta menarik tangannya. "Demi kebaikan gue apa demi kebebasan lo, huh?" ungkap gadis itu.
"Demikian ku sayang padamu!" Shadan nyengir kuda. Elah malah nyanyi nih curut satu.
Keadaan Natta tak menanggapi Shadan membuat suasana antara keduanya terlihat sangat awkward. Hening hanya suara alam dan langkah mereka yang terdengar. Dan itu terlihat sangat canggung. Demi apapun bahkan Shadan kali ini kehabisan topik pembahasan.
"Ada yah ketua OSIS minggat?" celetuk Natta.
"Ketua OSIS juga manusia hey." lawan Shadan.
"Okelah!" Shadan tertegun ia kebingungan dengan pernyataan Natta yang satu ini.
"Oke?"
Natta berhenti dan membalikan tubuhnya sampai berhadapan dengan Shadan. "Ayo minggat!" Shadan tentu saja terbelalak dengan ajakan itu. "Wakil ketua OSIS juga manusia." lanjut Natta sembari tersenyum pada Shadan. Senyum yang sama tapi terasa berbeda bagi Shadan. Shadan tentu saja membalas senyuman itu dengan senyuman yang tak kalah manis.
🌀🌀🌀
"Iya gue bilangin ke mereka!" Cika menutup sambungan telpon dari Natta itu.
Ia menghela napas menatap Gaby dan Shimi yang sama-sama sedang menguping pembicaraan Cika dan Natta. Saat Cika berbalik mereka langsung kembali ke posisi semula seakan tak terjadi apa-apa padahal Cika tau mereka menguping tadi.
"Udah pada dengerin kan!?"
"Yah, gue pulangnya alone dong." Gaby merengut.
"Mba, kalo punya pacar manfaatin dikitlah, nggak salah juga." celetuk Shimi.
Gaby ternganga tak percaya. "Astagfirullah, Shimi sayang. Belajar darimana kamu nak!?" mulai dah Gaby dan Shimi.
Tapi, tawa mereka tiba-tiba berhenti kala melihat Vlo dan Shela beserta antek-anteknya datang. Tiba-tiba saja duduk di meja tongkrongan mereka. Mata Gaby mulai menyipit tak suka. Cika mulai memasang wajah datar yang mengintimidasi. Intinya mereka seakan menolak kehadiran genk ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
IQ vs EQ
Teen FictionIni hanya kisah anak SMA biasa yang identik dengan kisah romansa remaja. Hanya saja perbedaannya keempat gadis itu memiliki IQ yang sangat tinggi membuat mereka sulit dikalahkan dalam hal asah otak. Salah satu dari mereka adalah Natta, gadis jenius...