Kehidupannya sekolahnya kembali. Meski kadang ia merasa ada yang berbeda, seperti lebih diperhatikan oleh guru dan kadang mendapat perlakuan spesial tanpa Natta minta. Sampai akhirnya ia kembali meminta ibu dan ayahnya untuk mengatakan pada sekolah agar memperlakukannya seperti biasa.
Ia mengeluh kesal, sebentar lagi ulangan akhir semester akan dimulai tapi Shimi masih belum sembuh total sementara Gaby. "Woy Nat bengong aja kayak lagi mikirin gue!" jika sudah gila seperti ini, kelihatannya Gaby sudah sehat meski dahinya masih belum sembuh total.
"Kayak gue nggak punya masa depan aja, sampe harus mikirin lo." bibir Gaby mempout, tapi sejurus kemudian ia menyedot minuman Natta tanpa izin sang pemilik. "Ah minuman gue anjir ngapain diminum?!" melihat sang pemilik marah Gaby langsung beralih tempat duduk dan meledek Natta. "Jaeseong hamnida Mama!" celetuknya memperagakan scene dayang Choi di drama Mr. Queen. Mendengar itu sontak tawa mereka berdua meledak.
"Astagfirullah, ketawanya nggak inget tempat." Cika membawa gelas minuman Natta dan menyuruput minumannya tanpa seijin gadis itu, berbeda dari perlakuannya pada Gaby, Natta malah membiarkan Cika menyedot minuman itu padahal munimannya hampir habis setengahnya.
"Aduh yang bakal jadi calon kakak ipar takut adek ipar." celetuk Gaby. "Apaan kakak ipar? Pacaran aja belum Sah!" balas Natta.
"Oh jadi mau di Sah-in?" Natta tak membalas ia hanya menyeruput minumannya. "SHADAN!" teriak Cika sontak mengalihkan perhatiannya pada arah yang Cika teriaki. Woy lah ini kantin seenggaknya jangan kayak gini elah, malu.
"Si tokek masih mau dijitak apa gimana? Gue abang lo yah, beraninya cuma panggil nama!" keluh Shadan kembali pokus melahap makanannya. "Ini calon kakak ipar gue jangan digantung katanya!" pekik Cika yang sontak membuat Natta Refleks menarik Cika duduk.
Shadan yang tengah makan tiba-tiba tersedak. Suasana kantin makin ricuh. Diam-diam Shadan tersenyum. Setelahnya memalingkan muka dengan mengontrol senyumannya.
"Jadian, jadian, jadian!" sorakan siswa dikantin makin bersuat-suatan Natta tak kuasa menahan malu membenamkan wajahnya diantara tangannya.
Prit.. Prit...
Tiba-tiba suara peliut pak guru olahraga membuat para siswa itu diam. "Ngapain ribut-ribut?" tanya pak Roni garang. "Bubar-bubar! Sebentar lagi bel bunyi!"
"Iya pak!" ucapan serentak para murid seraya bubar dari area kantin menuju kelas masing-masing.
Natta yang sudah tertelan rasa malu memutuskan untuk pergi terakhir, yang jelas ia tak ingin melihat Shadan dengan wajah yang masih memerahnya. Dan sayangnya Shadan dan dirinya itu sekelas. Wah, parah. Okay relax Nat, Shadan nggak bakal makan kamu tiba-tiba kok.
"Nah, bener kan keluarnya terakhir!" Natta terkejut melihat Shadan tiba-tiba muncul dihadapannya. Natta berusaha untuk tidak menggubrisnya.
"Jadi, beneran mau diresmiin?" tanya Shadan dengan tingkah petakilannya.
Jantung Natta berdetak abnormal tapi Natta berusaha untuk tidak menunjukan nya pada Shadan. Dan untuk sekali lagi Shadan sukses membuat Natta tertegun dengan berbisik. "Sore ini di taman!" setelahnya Shadan meninggalkan gadis itu yang mematung.
Natta menyisir rambutnya kebelakang. "Wah, sialan tuh si Cika! Njir, urat malu gue belum putus kek Shimi." setelahnya ia berjalan dengan langkah cepat menuju kelas.
🌀🌀🌀
"Nanti sore ditaman!"
ucapan Shadan yang satu ini masih terngiang-ngiang dipikiran Natta. Dan entah sejak kapan ia berubah menjadi seperti ini, memakai drees rok pendek korean style, dengan sedikit riasan dan terlihat feminim. Jauh dari kata Natta yang biasanya. Wah bisa-bisanya Natta berubah seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
IQ vs EQ
Novela JuvenilIni hanya kisah anak SMA biasa yang identik dengan kisah romansa remaja. Hanya saja perbedaannya keempat gadis itu memiliki IQ yang sangat tinggi membuat mereka sulit dikalahkan dalam hal asah otak. Salah satu dari mereka adalah Natta, gadis jenius...