Hari ini hari pembukaan anniversary SMA, pembukaan tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan Dihadiri pak bupati. Acara terlihat sangat meriah hari pertama untuk perlombaan antar SD dan TK sekitar.
Hari ini gadis itu terlampau sibuk kesana kemari untuk memastikan acara berjalan lancar. Ia dan anak OSIS lainnya berkeliaran disana disini bahkan mereka seakan tak memiliki rasa lelah.
Natta gadis itu sangat kuat bahkan untuk mengeluh. Kejadian kemarin ia harap bisa melupakannya dengan menyibukkan diri ternyata berhasil. Ia bahkan tak ingat apapun sangking sibuknya memastikan segala sesuatunya berjalan sebagai mana mestinya.
Tiba-tiba seseorang membuatnya terkejut. "Nat, boleh nggak minta tolong?" tanya lelaki ber almameter khusus osis itu.
Natta tentu mengangguk. "Bisa bawaain kardus di gudang nggak? yang isinya baju. Soalnya yang photobhot pada request baju adat buat dipoto!" mendengar kata gudang pendengaran Natta seakan menuli. Wajahnya kembali terlihat pucat.
"Kenapa nggak yang lain aja?" suara seseorang tiba-tiba terdengar dari belakang Natta. Membuat Natta membalikan tubuhnya.
"Eh pak ketos! Yang lain pada sibuk. Pas disuruh pada nggak mau." ucap lelaki itu sedikit diimbuhi nada bercanda. Pada sang ketua OSIS—Shadan.
Shadan mendekat. "Yah, gimana yah? Natta lagi terikat kontrak sama gue. Lo bisa suruh Robi tuh, dari tadi dia godain bi Nala di kantin."
"Wah perlu dikasih pelajaran tuh si Robi. " ucap lelaki ber almameter OSIS itu melangkah pergi meninggalkan Shadan dan Natta.
Shadan mengasorkan sebotol air mineral pada Natta. Natta tentu saja menerimanya. Kemudian tanpa basa-basi Shadan menyeret Natta ke Backstage. Mereka duduk berdampingan.
"Istirahat dulu bentar. Jangan maksain!" ucap Shadan.
Natta meminum air itu, kemudian berkata. "Ayo kerja lagi! Nggak usah buat gue jadi tamu VIP gini."
"Bentar ngaso dulu!" ucap Shadan sembari menselonjorkan kakinya yang jenjang.
Natta hanya menghela napas. "Kenapa sih lo harus se-Care ini sama gue?"
"Gue takut lo marah sama gue karena kejadian kemarin."
"Kenapa lo harus takut gue marah sama lo?"
"Karena gue suka sama lo!"
Natta menatap Shadan dengan raut wajah yang sulit diartikan. "Gue takut lo jauhin gue, karena gue nggak mau lo pergi. Maafin gue yah! Gue bener-bener minta maaf." Natta kembali meneguk airnya sebelum ia benar-benar menyimpannya dan menghela napas berat.
"Tell something! Gue tau lo bukan orang jahat. Jadi, gue masih terima penjelasan masuk akal." ucap Natta sembari bersedekap sedap menatap Shadan.
Shadan menghela napas. Kemudian ia berkata. "Kemarin gue sama Vlo kerjasama. Sebenarnya Vlo yang buat rencana itu. Rencana yang seharusnya dia kurung lo di gudang, terus dia kunci lo pas itu gue dateng buat selamatin lo, biar lo nggak marah lagi sama gue. Tapi, Vlo nggak ngelakuin semuanya sesuai rencana." Ungkap Shadan diiringi nada penyesalan. "Maafin gue... Soal phobia lo, gue beneran nggak tau. Kalo gue tau gue nggak mungkin lakuin itu." Shadan benar-benar menundukkan kepalanya sebagai tanda penyesalan nya.
Natta berdiri setelahnya ia pergi begitu saja meninggalkan Shadan tanpa penjelasan. Shadan yang melihatnya sedikit terkejut tak percaya. Tapi, ia sangat menyesal untuk sekedar berdiri mengikuti Natta. Natta pasti marah besar padanya, pikirnya.
Tiba-tiba sebuah pesan Chat menegurnya. Membuatnya tersadar dari kemurungannya. Tanpa melihat si pengirim ia langsung membaca Chat itu.
Ngelamun trus!! Kerja woy!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
IQ vs EQ
Teen FictionIni hanya kisah anak SMA biasa yang identik dengan kisah romansa remaja. Hanya saja perbedaannya keempat gadis itu memiliki IQ yang sangat tinggi membuat mereka sulit dikalahkan dalam hal asah otak. Salah satu dari mereka adalah Natta, gadis jenius...