I_EQ 16 (PARTY #4)

16 4 0
                                        

Kesinilah Natta diseret oleh sang lelaki tak berperi ke wakil kertuaan. Dimana lagi kalau bukan lapangan utama tempat bertandingnya para pemain basket. Bagi mereka pecinta basket mungkin ini adalah salah satu surga bagi mereka. Tapi, bagi Natta ini sangat menyebalkan. Bukannya ansos hanya saja Natta tidak suka dengan keramaian berlebih.

"Jaga sini dulu bentar yah, abis ini gue main!" Natta mengkerutkan keningnya.

Terus maksudnya Natta harus ngebabu disini saJADAH?

"Gue mending nemenin Shimi, seriusan!" Natta mencoba meminta keringanan.

"Kalo ada tugas penting gimana? Masa gue harus keluar lapangan terus membuat temen se team gue marah. Kan nggak asyik kalo gini ceritanya."

"Iya iya! Nggak usah dramatis juga kali ahh." Shadan tersenyum sembari menepuk pundak Natta dua kali. "Jan lupa semangatin gue biar menang!" setelahnya ia pergi begitu saja. Natta hanya berdecak tetapi sedetik kemudian ia tersenyum diam-diam, sampai akhirnya wajahnya kembali dingin. Labil banget etdah si mbanya.

Natta sedang mendudukan dirinya di kursi para panitia. Beberapa dari mereka—panitia—terlihat tersenyum kearah Natta atau sekedar basa-basi kecil. Sampai kemudian lomba antar SMA dan SMK sebentar lagi akan dimulai.

"Hei Hana!" sapaan ini dengan suara yang sama. Jelas ini bukan Shadan, cara pengucapan dua lelaki itu berbeda. Meski dengan kalimat yang sama.

El duduk disampingnya mengesampingkan tatapan kagum orang terhadapnya. Toh ia cuma mau berinteraksi dengan sang wakil ketua OSIS. "Nih!" El menyerahkan sebuah botol minuman kepada Natta.

"Gue lagi nggak haus!" El merasa ia telah tertolak saat ini jadi perlahan ia menurunkan botol itu. Sejurus kemudian tiba-tiba Natta menahan pergerakannya dengan merebut botol itu dari El. "Sekarang! Nggak tau nanti. Makasih ya!"

"Its okkay! Mmm... Hana!" Nama itu lagi hati Natta sedikit meleos. Entah kenapa? jika El yang memanggil seakan Nama itu lebih berbeda dari yang lainnya. Serasa Istimewa. "Gue mau maen semangatin gue yah!"

Jadi, yang harus Natta semangatin tuh siapa Astogeh?

Kalau Natta menyemangati Shadan itu akan menjadi bahan gunjingan ibu-ibu rumpi di sekolah. Bakalan terbit dimading berita tentang skandal cinta ketua dan wakil OSIS. Ah... Tidak separah itu kok. Tapi, kalau Natta menyemangati El disini! Disekolah nya sendiri! Dihadapan teman seperjuangan nya! Ia akan di cap menjadi musuh dalam selimut. Sepertinya pilihan terbaik adalah dia harus tetap diam.

"El, woy pemanasan!" Natta tersadar dari pikirannya. Padahal yang dipanggil El. Ah ya sudahlah teriakan mereka kenceng emang kayak soundsystem.

"Bye Hana!" pamitnya berdiri dan berlalu dari hadapan Natta.

Natta kemudian kembali pokus dengan Iphone nya ia sibuk membalas chat group sahabat-sahabat somplaknya. Entah kenapa ia merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia mencoba mengacuhkannya. Tapi...

"Akrab banget!" bisik seseorang yang sukses membuat Natta hampir terkena serangan jantung.

Natta memutar bola matanya saat tau siapa lelaki yang mengagetkannya. Yah, siapa lagi kalau bukan si Ketos durjana—Shadan.

"Gue cemburu, jadi nggak usah akrab banget yah!" celetuk Shadan seraya berlalu darisana. Nahkan Natta jadi  sport jantung.

"Dih, emang gue siapa lo?" ngomongnya emang begitu tapi hatinya berbunga kayak musim semi.

Peluit tanda dimulainya lomba berbunyi. Suporter di samping lapangan mulai berteriak menyemangati dengan Yelyel yang sudah mereka siapkan. Para cheerleaders juga sudah memulai aksi mereka di samping lapangan yang sudah disediakan.

IQ vs EQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang