Gaby sekarang ini ada di UKS ia memandang tangannya yang diperban kian banyak. Suatu masalah baginya karena ia tidak bisa menggenggam makanan dengan benar saat ini. Tangannya bahkan terasa sangat nyeri saat berusaha memegang sendok. Masalah lainnya ia masih harus menulis untuk belajar. Sekarang bagaimana ia melakukan itu?
"Udahlah by! Nanti juga sembuh." Varrel mencoba menghibur gadisnya yang terlihat sangat murung.
Gaby tersenyum mengangguk paham. "Gue nggak selemah itu rel!" mendengar pacarnya itu baik-baik saja membuat Varrel tersenyum bahagia.
"Makan, sini gue yang suapin. Jangan nolak!" celetuk Varrel.
"Maunya sih nolak, tapi tangan gue nggak bisa dikompromi. Jadi, nggak bakal nolak juga!" Varrel yang merasa menang akhirnya menyuapkan sesendok nasi yang sudah dipesannya tadi ke mulut Gaby.
Gaby memakannya dengan lahap. "Lo nggak makan? Makan juga dong. Jangan sampe lo sakit gara-gara merhatiin gue!" kini Gaby berakting marah.
"Nggak mungkin kalo gue belum makan by!" celetuk Varrel. Gaby mengangkat tangannya hendak memukul karena kesal. "Eitss... Jangan mukul! Tangan lo masih belum sembuh!" goda Varrel yang membuat Gaby kesal. Tapi sejurus kemudian mereka tertawa lepas.
🌀🌀🌀
Shimi kini tengah menggerutu kesal. Ia disuruh membawa buku anak-anak kekantor. Kebetulan jam pelajaran ke 3 baru saja selesai dan tugasnya harus dikumpulkan. Salah Shimi apa coba? Baiklah Shimi menyesal piket hari ini. Benar-benar menyesal.
"Bisakah ibu guru yang cantik itu meminta murid mengumpulkan tugasnya hanya dengan kertas selembar? Lks ini berat banget!" gerutunya lagi.
"Shimi!" tiba-tiba seseorang memanggilnya jika didengar dari suara deep voicenya itu suara Vernon.
Shimi berbalik melihat Vernon buru-buru menghampirinya. Setelah mendekat lelaki itu merebut lks ditangan Shimi hampir semuanya. Tapi, tidak semuanya juga. "Eh Vernon nggak papa, sini Shimi aja yang bawa!" celetuk gadis itu menolak. Tapi, sebenarnya ia bersyukur karena beban ditangannya berkurang.
Vernon sedikit mengacuhkan gadis itu dan berjalan mendahuluinya. Shimi langsung mengikuti Vernon dan berhasil menyetarai langkahnya. "Makasih!"
"Udah jadi tugas gue sebagai ketua!" jawab Vernon yang sedikit membuat Shimi sedikit kecewa.
"Mm... Gue boleh nanya sesuatu nggak? Soal loker lo!" Shimi melihat Vernon sebagai tanda ketertarikan akan hal yang akan dibahas. Shimi mengangguk dengan polosnya. "Loker lo..." Vernon memotong ucapannya.
Shimi yang kebingungan bertanya. "Vernon penasaran sama isi loker Shimi? Cuma ada novel, poto polaroid EXO sama seragam cadangan kok!" celetuk gadis.
"Bukan itu! Tapi, kata sandinya...."
"Oh kata sandinya toh! Itu ulang tahun Vernon seventeen tau! Orangnya ganteng banget, anak blasteran lagi. Seventeen itu king dance of kpop tau." Shimi menjelaskan dengan semangat tanpa memperhatikan raut tak suka yang Vernon tunjukan.
"Oh... Terus waktu lo nggak sekolah itu. Artha beneran jagain lo?" Shimi menggeleng lalu mengangguk membuat orang yang bertanya kebingungan. "Nggak cuma Artha kok! Keluarga Shimi juga jagain Shimi." Vernon tersenyum penuh makna.
"Tapi.... Kalo malemnya sampe jam 11 Artha yang jagain Shimi. Kebetulan keluarga Shimi lagi nggak ada dirumah." Vernon membelalak terkejut ia menghadang Shimi.
![](https://img.wattpad.com/cover/200068504-288-k824749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IQ vs EQ
Teen FictionIni hanya kisah anak SMA biasa yang identik dengan kisah romansa remaja. Hanya saja perbedaannya keempat gadis itu memiliki IQ yang sangat tinggi membuat mereka sulit dikalahkan dalam hal asah otak. Salah satu dari mereka adalah Natta, gadis jenius...