I_EQ 7 {OSIS #3}

34 5 0
                                    

"Lo ngejatuhin citra gue!" keluh Cika. Tapi, ia sama sekali tak berhenti, untuk sesekali membogem kakaknya itu. Baiklah dijelaskan beberapa kalipun hanya akan membuat kalian pusing—muter melulu di GBK.

Shadan dengan indra kekakak annya menatap Cika khawatir seraya berkata. "Gue abang lo. Walaupun lo suka banget bikin gue kesel setengah bego. Gue tetep harus jagain lo!" Cika mendecih sambil terkikik.

"Kayak baru kali ini aja gue kayak gini!" gumam Cika. Shadan menatap adiknya itu lalu mendesah resah. "Udah tau bakal gini malah ngeyel tetep lanjutin puasa. Sumpah mau gue jitak tapi gue masih takut dosa!" gerutu Shadan yang tak habis pikir terhadap Cika.

"Jitak aja bang! Nggak lama habis gue sembuh lo, gue kirim ke malaikat izrail." ancam Cika yang mampu membuat Shadan merinding ketakutan.

Tapi sejurus kemudian Shadan melayangkan ingatannya saat Natta juga mengatakan hal yang sama dengan Cika. Tanpa sadar Shadan tersenyum. "Bang perasaan, gue yang sakit etdah... Kok malah lo yang gila sih!" celetuk Cika.

"Ni anak, ngomongnya bikin gue mau ilangin pita suaranya njir!" greget Shadan menatap adiknya itu. "Gue tau lo tipe anak yang takut ama nyokap bokap bang!" 

"Udahlah gue kalah!"

"Nggak lagi main game bang!"

Shadan akhirnya diam, ia tak mau melanjutkan keributan yang menjadi tontonan anak satu sekolah. Sungguh Shadan ingin mencolok mata mereka yang seakan sudah mau keluar dari tempatnya melihat Shadan dan Cika.

Akhirnya mereka tiba di Uks disana ada bu Niken sedang serius berkutat dengan obat dihadapannya. Tapi, itu tak lama. Bu Niken perlu diacungi Jempol atas kepekaannya.  Dia langsung menghampiri Cika dan membantu Shadan membopong Cika ke kasur UKS.

"Sekarang ada apa lagi? Sepertinya kamu terlalu merindukan ibu sampai berulang kali masuk UKS!" sontak perkataan itu membuat Shadan sangat cemas.

Ia melayangkan tatapan penuh tanya pada Cika. "Woy! Lo nggak bilang lo suka ke UKS. Kalo lo sakit serius lo bilang dong!" ceramah Shadan yang membuat Cika menggerlingkan matanya.

Bu Niken malah mesem-mesem tidak jelas. "Pacar kamu?" tanya Bu Niken sambil berbisik ke Cika

Cika dengan santai nya tidur di ranjang UKS. "Pacaran sama dia auto di hapus dari KK bu!" celetuk Cika.

"Lha kenapa?"

"Wong itu Abang saya bu!" dengan santai nya Cika menjawab. Shadan berdiri di sana hanya beralaskan kebingungan. Dia hanya diam tak bergeming.

Bu Niken menganggukkan kepalanya lalu beralih menatap Shadan. "Dek, jadi Cika tuh cuma suka Kram waktu datang tamu bulanan yang pasionnya udah kayak jelangkung. Jadi, adek tenang aja!" jelas bu Niken.

Shadan mengangguk paham. Kemudian ia beralih menatap Cika. Tak disangka Shadan mengelus rambut adiknya dengan penuh perhatian. "Jangan bikin abang khawatir lagi yah! Abang pamit mau bertempur." Celetukan di kalimat terakhirnya membuat Cika tersenyum.

Shadan pamit pergi dari sana meninggalkan Cika dan Bu Niken. "Uhh kakaknya So sweet banget sih!" puji bu Niken.

"Inilah yang bikin saya susah punya pacar, Abang sendiri juga cukup buat diporotin. Mamah nggak bakal marah juga." bu Niken dan Cika sama-sama terkikik geli mendengar celetukan Cika.

🌀🌀🌀

Natta kini tengah duduk santai di kelas tepat di bangku guru. Dirinya tengah membaca referensi dan mencatat kemungkinan pertanyaan yang akan muncul. Ia sangat serius, seakan itu adalah pertempuran hidup dan matinya. Dikelas juga tak ada siapa-siapa yang membuatnya tambah pokus.

IQ vs EQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang