23

176 60 44
                                    

Terkadang, memilih menjauh bukanlah hal yang tepat. Karena sejatinya, kamu memang tak pernah mendekat.

***

"Airra! Konsumsi buat tamu undangan udah siap?"

"Udah," jawab Airra seadanya. Persis seperti biasa.

"Yaudah sana, tamunya udah dateng,"

"Sana? Apanya?" Airra mengernyit heran. Pertanyaan ambigu itu berhasil membuat Airra bertutur lebih dari satu kata.

"Lo yang kasihin ya, Ra? Hehe," jawab temannya sambil cengar-cengir.

"Kok gue sih? Gue kan bendahara. Bukan sie konsumsi," Airra protes. Seharusnya lawan bicaranya sudah tau, jika Airra yang menemui tamu undangan –walaupun sekadar memberikan konsumsi, Airra takkan bisa senyum sebentar hanya untuk basa basi. Ah, jika saja ia tidak membutuhkan materi di forum terbuka ini, tidak akan rela Airra menghabiskan waktunya untuk membuat laporan dan menghitung uang.

"Kan bendahara tugasnya nemuin tamu emang," jawab temannya semakin asal.

"Gue nggak bego kali!"

"Bentar doang ih. Atuh lah, raaaa," temannya memohon. Mau tak mau, Airra harus lakukan. Entah apa yang membuatnya harus menuruti permintaan orang lain.

"Silah-,"

"Hai,"

Airra mengerjap di tempat. "Kok? Lo? Disini?"

"Gue diundang," jawab pria itu santai.

"Enak banget! Lo jadi undangan, dan gue jadi panitia gitu?" protes Airra.

"Lo kurang terkenal sih!"

4 kata yang jika dirangkai menjadi kalimat terdengar menjengkelkan tersebutlah yang Airra dapat sebagai jawaban. Diiringi dengan sentilan kecil di keningnya.

"Awalnya gue diundang. Tapi gue ada pertemuan lain yang jauh lebih penting. Jadi nanti, temen gue yang bakal wakilin. Boleh kan?"

"Serah lo serah! Bodoamat! Tau gitu gue nggausah ribet ribet ikut ginian!"

"Babay! See you dedeq gemes. Abang sayang deh!"

"Najis!"

Airra menutup percakapan mereka dengan sewot. Kalau saja ia tau yang akan jadi pembicara adalah kakaknya sendiri, untuk apa ia buang buang waktu kesini? Terlalu merepotkan.

Adrian berlalu pergi. Sesekali mengangguk sopan ketika ada yang menyapa.

Airra kembali ke ruang kesekretariatan. Beberapa perempuan melihatnya iri. Entahlah, Airra tak terlalu menanggapi. Palingan juga fans amatiran kakaknya.

Gadis berambut hitam kecoklatan itu secepatnya mengambil tas, dan melepas ID card panitia. Peduli setan dengan acaranya. Toh tugasnya sudah selesai. Dan siapapun yang menggantikan Adrian, ia tak peduli. Karena ia tau betul, Adrian yang terbaik.

***

Dua kakak beradik yang terlihat seperti orang pacaran tengah menikmati Minggu malam mereka dengan menonton bioskop dan jalan jalan di Mall. Entahlah. Airra yang tidak begitu suka dengan hal hal semacam itu, kini malah mengajak.

"Adek sayang,"

"Hm?" gumam Airra sambil terus menyeruput minumannya. Film horor yang akan mereka tonton baru akan mulai setengah jam lagi.

"Besok bolos sekolah yuk!" tutur Adrian to the point.

"Ngapain?"

"Ya bolos, gatau definisi bolos?"

Line of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang