24

228 56 61
                                    

Let's play the game!
Jangan ditunda
Entar lo kalah

***

Adrian, Airra, dan Axel tengah menikmati Senin pagi mereka di kamar Axel lantai dua. Ya, kamar luas milik sultan yang tempat tidurnya ada dua. Dengan dua tangga minimalis yang terkesan elegan dan berkelas.

Airra yang sedang berbaring di kasur, mengobrol santai dengan Axel yang tengkurap di kasur atas. Menghadap ke bawah.

Adrian? Jangan ditanya. Pria itu tengah sibuk mengomentari judul buku buku tebal milik Axel yang tertata rapi di rak gantung.

"Airra! Kok gue ga didengerin sih," protes Adrian yang merasa dikacangi sejak tadi.

"Heh? Lo ngomong sama gue?" tanya Airra dengan polosnya.

"Yeee, si bego! Emang lu pikir gue ngomong sama siapa!"

"Tinyot," jawab Airra tak acuh.

Tinyot, boneka dinosaurus biru kesayangan Axel. Hadiah ulangtahun ke sembilan dari Airra. Dulu, mamanya sangat menyukai dinosaurus. Itulah alasan Axel sangat sayang, walau hanya boneka.

Adrian mendengus sesaat. Melirik Axel yang terang-terangan Menertawakannya.

"Koh, Hp lo bunyi,"

"Telfon? Siapa?"

"Medusa,"

"Ngapain tuh cewek telfon," Airra paham betul siapa yang disebut Medusa. Dalam hati menertawakan nama kontak Adrian.

"Angkat aja xel, bilang gue lagi kencan," Adrian berujar enteng.

Axel menurut saja, menggeser tombol hijau yang terus bergerak tidak sabaran.

"Halo, Yan lo dimana? Gue tungguin dari pagi nggak ada. Eh ternyata ngga masuk. Kenapa nggak bilang dulu sih," cerocos suara di seberang sana sanggup membuat Axel sedikit menjauhkan ponsel Adrian dari telinganya.

"Kata dia, suruh bilang kalo koh Adrian lagi kencan,"

Tut!

Axel menutup panggilan secara sepihak. Disusul dengan tawa membahana Airra yang memenuhi setiap sudut ruangan.

"Lo ada janji apa sama tuh cewek?" tanya gadis itu sambil menoleh ke kakaknya.

"Kepo deh, kayak Dora,"

Axel tak mendengarkan percakapan kedua kakaknya lagi. Memilih membuka pintu dan berjalan ke balkon kamar. Pikirannya dipenuhi dengan pesan kemarin. Axel masih tak paham hingga sekarang.

Pria imut dengan otak brilian itu berdecak kesal. Kenapa pula harus memikirkan omongan seseorang yang sama sekali tak dikenalnya. Buang buang waktu saja.

Tapi jujur, ia sedikit khawatir dengan nanti.

"Ma, Axel kangen," gumamnya tanpa suara.

***

"Kalian mau makan apa?"

"Apa aja deh, terserah sultan,"

"Oke terserah sultan, tapi yang lebih sultan yang bayar,"

Mendengar ucapan Airra itu, Adrian mencibir tanpa suara. Kakak beradik itu memutuskan untuk bolos sekolah dua hari lagi. Menikmati hari libur yang mereka buat sendiri dengan saudara mereka yang ketiga. Dito Axel Feilendra.

Tak berapa lama, tiga burger ukuran besar, 3 minuman berbeda rasa dan satu cheese pizza terhidang rapi di meja tempat mereka makan. Airra masih saja memandangi ponselnya.

Line of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang