03

401 120 104
                                    


Aku tidak mencarinya. Hanya ingin tau sepintas tentang kehidupannya. Apa itu juga salah?

***

15.39

"Sore, Tante!"

Seorang cowok baby face berseru menyapa dengan senyum sumringah. Segera masuk rumah tanpa dipersilahkan dan menyalami mama Airra.

"Axel! Katanya baru pulang dari Singapura?" balas Keyra dengan senyum yang juga ikut mengembang.

"Biasa lah, kayak nggatau anak anak tante aja, nggak ada kerjaan selain nyusahin," ujar cowok itu seenaknya. Kembali tersenyum sambil melepas earphone di telinganya. Wanita di hadapannya hanya terkekeh dan mengangguk. Axel memang selalu ada disaat anak-anaknya membutuhkan. Keyra tau betul Axel takkan merasa direpotkan jika anak-anaknya yang meminta.

"Lah, ngebut lo ya?" suara Adrian terdengar dari ruang tengah.

"Gimana sih, ko? Katanya tadi nggak boleh telat. Makanya daripada ko Adrian kangen gue sampe pingsan, yaudah gue cepet-cepet. Gue kasian sama lo, pingin ketemu gue aja pakek alesan ce Airra segala." Axel menjawab sambil melemparkan plastik berisi 6 novel dengan genre favorit Airra.

"Najis anjay!"

"Tante! Adrian ngomong kasar," Axel mengadu.

Keyra hanya tertawa melihat tingkah absurd kedua remaja di hadapannya. Bukan hal yang langka baginya, ini memang selalu terjadi jika Axel dan Adrian bertemu.

"Nah sekarang, pasien gue kemana?"

"Ngambek sama gue dia. Lo aja yang ke kamarnya sana!"

"Lo apain emang?"

"Biasa lah, cariin dia jodoh,"

Axel kembali terbahak, ia sangat hafal dengan sikap Airra yang akan sensitif jika menyangkut hal-hal seperti itu.

Ia lalu mengambil kembali plastik berisi novel-novel tebal karya penulis terkenal, lantas melenggang masuk ke arah kamar Airra. Adrian yang kepo segera mengikutinya naik tangga.

***

Pintu kamar Airra diketuk dari luar. Berkali-kali, tapi tidak ada jawaban.

"Masuk aja. Tante kasih ijin,"

Axel tentu masih tau sopan santun untuk masuk kamar orang sembarangan –meski ia dan Airra begitu dekat–. Dia akhirnya membawa Adrian untuk ikut masuk.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka, dan sang pemilik kamar sedang tengkurap di kasur dengan mata terpejam. Laptop dihadapannya dibiarkan menyala. Ya, Airra tertidur. Gadis itu sama sekali tak merasa terusik dengan ketukan pintu atau suara debat Adrian dan Axel sejak tadi.

"Yaelah ni bocah, bego juga kebangetan! Bilang kek dari tadi kalo tidur. Kan gue nggak perlu susah-susah ngeluarin suara yang imut banget ini. Untung sayang!"

"Anjirlah! Airra nemuin lo dimana sih? Heran gue. Namanya orang tidur mana bisa ngomong bego! Gemes banget gue sama ni anak. Ini yang bego emang Airra, lo, apa gue sih?"

"Astaghfirullahalladzim... Ko Adrian! Kalo mau ngomong mulutnya disekolahin dulu.  Nggak boleh ngomong kasar sama orang ganteng. Ce Airra nemu dimana sih abang kayak lo?" Tanya Axel –dengan suaranya yang memang imut– sambil mengelus dada. Memasang wajah sok bijak.

"Ya kalo mau ngomong ini mulut sekolah dulu, keburu lupa mau ngomong apaan Axel ganteng! Lo lupa pemerintah ngasih peraturan wajib belajar 12 taun? 12 taun itu hampir 4.400 hari! Kasian mulut gue kalo sekolah segitu lama,"

Line of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang