25

156 57 76
                                    

Halo! Sesuai janji, part 25 bakal aku up secepatnya🤗.
Untuk scifi, aku masih coba buat konsepnya, sabar ya:)
Sebenernya cuma iseng aja sih, soalnya aku lagi bucin sama hal-hal berbau scifi. So, stay tune!!!

Kalian yang lupa ceritanya bisa baca satu atau dua part sebelum ini😓. Maaf ya:")

Oke, yang kemaren udah jadian, here it is!!!

***

Biarkan fakta ini ada. Agar semua orang tau bahwa seharusnya rasa tidak disimpulkan seenaknya

***


"Halo bunda, apa kabar? Kita kangen," Axel memulai bicara. Satu buket mawar ia letakkan didepan nisan putih yang terlihat sangat terawat.

"Bunda baik baik aja nggak disana?" Adrian menimpali. Senyum tipis
tercetak di wajahnya.

"Kenapa Airra nggak ikut sama bunda aja. Dulu waktu bunda pergi, Airra mau ikut, sama mama nggak boleh," Airra mengadu. Axel melirik Adrian sekilas. Yang juga sedamg menoleh ke arahnya. Memberikan isyarat melalui kedipan mata. Seolah berkata "biarin".

"Kalo Airra ikut kan sekarang nggak bakal ribet gini jadinya. Axel sama Adrian makin nyebelin tau nggak? Airra terus-terusan dibully sama mereka. Mana nggak ada yang belain Airra lagi. Mama jarang pulang, bunda juga nggak ada," Airra terus saja mengadu. Menceritakan nasib sialnya akhir akhir ini. Disampingnya, Axel duduk beralaskan batu bata. Sesekali menimpali sambil ikut bercerita atau protes jika Airra melapor yang tidak tidak tentang dirinya.

Setengah jam berlalu hanya untuk berbincang dengan gundukan tanah.

Adrian merogoh saku celananya yang sejak tadi bergetar. Tiga panggilan tak terjawab dan dua pesan dari kontak bernama medusa terpampang di layar kunci. Pria yang rambutnya tengah dijepit pita berwarna putih itu membuka kunci. Bermaksud melihat tingkah apa lagi yang dilakukan teman sekelasnya itu.

Medusa
Yan, Orion sama Liana aja udah pacaran
Kita kapan?

Fan.Adrian
🖕


Tak sampai satu menit, pesan itu sudah mendapat jawaban lagi dari perempuan di seberang sana. Adrian melirik jam di pojok kanan ponsel. Sekarang belum jam istirahat. Mungkin kelasnya lagi kosong. Atau Feilin yang seenaknya sendiri bermain ponsel di jam pelajaran.

Medusa
Gue serius

Blokir

Satu kata yang menggambarkan perlakuan Adrian pada kontak Feilin. Ia tak mau diganggu lagi. Dirinya takkan percaya pada wanita yang satu ini. Kalau dipikir, kenapa pula tidak ia blokir dari dulu dulu.

***

Yiyis🐱
Woi!
Airra!
Kemana lo
Eh! Gila!
Kak Orion punya pacar ya
Gempar satu sekolahan
Gue kira elo ding
Taunya temen kelasnya
Siapa sih
Liona? Lion? Ya itulah pokoknya
Ra!
Lo kemana si! Dari kemaren ga masuk
Jangan jangan lo udah tau duluan ya? Jadinya enggak masuk sekolah?

Kedua alis Airra hampir menyatu. Gelombang gelombang tipis muncul di dahinya yang sedikit tertutup poni. Kenapa tiba tiba sekali.

Lucynda
Enggak tau. Gue 3 hari dirumah Axel
Bukan urusan gue


Airra memilih menjawab singkat. Tidak terlalu menanggapi. Pasti yang dimaksud Riris adalah Liana. Teman dekat Feilin. Sebenarnya jauh dalam hati, Airra kaget bagaimana bisa mereka berpacaran. Tidak ada hujan tidak ada panas. Angin atau petirpun tidak ada. Kenapa tiba tiba sekali. Atau memang, sejauh ini hanya Airra yang tidak tau apa apa.

Tanpa disadarinya, jauh dalam hati perempuan itu kecewa. Entah sebab apa. Namun ia berusaha tidak peduli. Memang benar kan, bukan urusannya

***


"Maksud lo apa, kak?"

"Harusnya gue yang tanyak, maksud kalian apa dateng dateng nanya kayak gitu?"

"Bener Kak Orion pacaran sama anak sebelas ipa satu?" Riris bertanya telak.

"Kalo iya kenapa, urusan kalian?" Pria itu menajwab datar. Satu tangannya dimasukkan ke saku celana. Tatapannya dingin. Seolah terusik dengan pertanyaan dua adik kelas ini. Beberapa menit lalu, Riris menelfonnya untuk datang ke taman belakang.

"Terus Airra?"

"Apa urursannya sama gue?" Orion malah balik bertanya.

"Ngapain lo minta tolong ke kita buat deketin kalian?" Maya juga berani.

Kakak kelas di hadapannya tidak menjawab. Lagi lagi tatapan dingin. Alis tebalnya menambah kesan sadis pada wajahnya.

"Gabisa jawab? Ngapain bilang sukak kalo gitu?"

"Gue nggak pernah bilang sukak sama dia, kalian nyimpulin sendiri," lelaki itu bersiap melangkah pergi. Dengan pikirannya yang hanya ia dan Tuhan yang tau. Tapi Riris mencegah. Masih meminta penjelasan.

"Gini ya, kalian denger baik baik. Kemaren ya kemaren. Yang lalu sudah selesai. Kalo temen lo gabisa ngehargai, buat apa gue repot repot. Yang perlu gue tegasin, gue nggak pernah sukak sama anak kelas IPA-7 itu,"

Orion benar benar pergi. Riris ingin berkata lagi, tapi Maya menahannya. Maya tau Riris pasti akan bertingkah barbar jika dibiarkan. Dan ini bukan saatnya untuk mendebatkan hal tersebut.

***

"Ce, gabut nggak?"

Airra menoleh. Mereka bertiga sedang ada di kamar Axel. Sore ini sunyi. Perumahan elit ini sangatlah sepi. "Bantuin dong," lanjut Axel.

"Gamau ah, kayak orang kurang kerjaan aja,"

"Emang lagi kurang kerjaan kan?"

Axek berdiri. Menyerahkan gunting dan beberapa lembar kertas stiker. Airra tidak lagi protes. Mengiyakan saja. Tak tega melihat Axel yang haeus menggunting 500 buah stiker dalam satu malam. Apalagi dengan bentuk yang sangat tidak beraturan.

Dua jam berlalu. Ojek Online datang membawa makanan. Mereka sebentar lagi selesai.

"Buat apaan sih, Xel, stiker segini banyak?"

Adrian yang sejak tadi mendumel bertanya lagi untuk yang ke sekian kali. Dari tadi memang Axel tidak menjawabnya.

"Engga buat apa-apa sih, iseng aja," remaja SMP itu nyengir. "Kalo bilang dari tadi pasti kalian gamau bantuin kan?" lanjutnya. Airra dan Adrian melongo. Menatap tidak percaya.

"Bangke! Parah banget sih lu jadi bocah! Kalo mata gue minus lo yang tanggung jawab ya,"

Axel hanya nyengir. Membuka bungkusan makanan dan makan duluan tanpa permisi. Membiarkan Rian dengan omelannya dan Airra yang masih melanjutkan menggunting stiker-stiker tidak berguna milik Axel.

"Eh, kalian ada ngasih nomer gue ke orang lain?"

Axel ingat pesan itu. Akhirnya memilih bertanya. Daripada terus penasaran. Tapi yang didapatnya hanya gelengan. Pria itu menghela nafas. Wajahnya terlihat sangat menggemaskan. "Gue dapet ini," ucapnya sambil menunjukkan pesan yang ia dapat kemarin malam.

+62 85376XXXXXX
Aku tau kamu selalu jaga Airra
Pertahanin, ya?

***

Hehe, halo:")
Jangan lupa vote, comment, share!
Part 26 udah kutulis, secepatnya aku upload 😆

Love💓

Line of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang