04

370 111 108
                                    


Aku tidak mengundangmu. Kau datang atas keinginanmu sendiri. Sekarang terserah, kau akan coba paksa masuk, atau biarkan aku mengusirmu pergi

***

"Ngapain lo stalking Orion?"

"Heh? Lo ngomong sama gue?"

"Bukan, sama cewek yang namanya Ira tadi," Adrian masih menahan tawa. Puas dengan kerjaan Axel. Kelakuan gilanya ternyata masih berguna di saat-saat seperti ini.

Airra tak menjawab lagi. Kembali sibuk dengan makanan kesukaannya.


'Ngapain juga ngeladenin abang tolol ini. Lagian gue ngga stalking, cuma ngintip doang bentar!'.

Selain merutuki mulut, ternyata otaknya masih menyangkal jika ia telah stalking Orion. Benar-benar bukan Lucynda Airra Affanda.

Cowok dengan kapasitas otak jauh diatas rata-rata itu menghela nafas, sebelum akhirnya mengambil ponsel. Jari-jarinya lincah bergerak diatas layar tipis.

3 detik, tak ada respon.
10 detik, masih tak ada respon.

Adrian menoleh ke remaja sok imut disampingnya. Saling tatap. Dan Axel juga langsung paham. Ia adalah tipe cowok peka.

"Ponsel lo mana, Ce?"

"Di kamar,"

"Yah," suaranya memelas kali ini.
Airra melirik, merasa jika sekarang masih akan dipermainkan.

Seolah paham dengan lirikan kakak perempuannya –yang entah ia dapat dari mana–, Axel kembali mengeluarkan kalimat yang sangat meyakinkan.

"Tadi gue habis kirim file pembahasan soal yang kemarin lo nanya. Lo liat dulu sana, takutnya belum kekirim. Kemaren sinyal di rumah buruk banget,"

Satu-satunya cewek disana mengangguk semangat lantas berlarian menaiki tangga. Mengambil ponsel. Airra tau betul jika Axel takkan main-main jika bicara soal olimpiade. Setidaknya selama ini.

Dua makhluk dibawah kembali tertawa. "Kurang seru, ko," Axel berkata masih dengan sisa-sisa tawanya.

"Ya kalo gitu kita buat ini lebih seru, lah!" Adrian membalas dengan semangat. Lalu jarinya kembali menari layar handphone.  

Tak sampai 2 menit, Airra sudah kembali turun. Raut wajahnya masih tenang. Seolah tak ada apapun.

Ah...  Rupanya ia masih dalam proses menyalakan ponsel. Airra harus berterimakasih pada Axel karna telah menyelamatkan dari pertanyaan serba salah kakaknya.

Ponselnya menyala. Tanpa membuang waktu, ia langsung membuka aplikasi chat. Menunggu semua pesan masuk, dan mencari pesan dari Axel.

Namun yang ia temukan hanya notifikasi dari Grup Forum Olimpiade, Adrian yang mengirim foto beberapa menit lalu, serta grup 'Mabest' yang berisi Airra, Maya, dan Riris.

Jangan tanya mereka masuk kelas mana. Karna diantara ketiganya, hanya nasib Airra yang paling miris dan harus menetap di IPA-7. Sedangkan nama kedua sahabatnya sudah nangkring manis di absen IPA-3.


Tanpa banyak bicara, Airra membuka chat Adrian duluan. Dalam pikirannya, mungkin pembahasan dari Axel memang belum terkirim.

Matanya melotot dan mulutnya mengatup. Foto yang dikirim Adrian dengan ditambah tulisan 'Adrian Ganteng' itu tidak berisi pembahasan atau foto yang menunjukkan bahwa kakaknya memang cogan, tapi berisi foto laptop Airra yang tadi belum dimatikan.

Line of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang