22.

1.1K 171 93
                                    

"sayanggg....sakk...kittttt !" keluh Rizna dengan suara parau menahan rasa sakit akibat diinduksi, wajahnya pun memucat, keringat dingin bercucuran, Satria tak tau harus bagaimana ia selalu menguatkan sang isteri dengan terus berdo'a pada Sang Pencipta, mengelus-elus bagian perut Rizna dan mengajak sang anak bicara.

"nak...jangan buat mama sakit ya sayang. Kami menunggumu lahir kedunia, ada Jiddah juga disini temenin kamu, mama juga papa !"

"awwwww.....sakkk....kittt yangggg aku gak ku...attt !!!" Rizna pun menangis karena sudah tak kuat dengan rasa sakitnya.

"Rizna sayang kuat ya nak, kamu pasti bisa, sebentar lagi anakmu akan lahir kedunia, mama disini temenin kamu !" mama Ika mengusap keringat didahi Rizna dengan tisu secara lembut. Rizna terus menitikan air mata karena betapa mulia sosok seorang Ibu, perjuangan hidup dan mati yang kini ia rasakan demi sang anak telah lebih dahulu mamanya rasakan saat melahrikan Rizna dan Rizky.

"Dok gimana ini isterinya saya sudah sangat kesakitan, saya gak tega lihatnya !" ucap Satria sembari menahan tangis karena tak tega dengan kondisi Rizna.

"tenang ya pak, kadar keberhasilan induksi pada serviks yang sudah matang adalah 85 persen dan kondisi pasiem akan dipantau terus. Jika pasien dinilai tidak mumpuni untuk melanjutkan proses induksi, pasti akan dihentikan. Karena itu, Anda tak perlu takut." jelas dr Dwi yang menangani persalinan Rizna.

"kalau induksi tak mempan kami harus gimana ?"

"kita ambil langkah operasi cesar. Kita tunggu sampai satu jam kedepan bila tak ada perubahan kita masuk ruang operasi, silahkan bapak tanda tangani persetujuan operasi dahulu, suster tolong ambilkan berkasnya !" titah dr Dwi pada suster yang membantu perawatan Rizna, suster pun menuju ruangan dokter untuk mengambil berkas persetujuan operasi.

Rizky dan Edo akhrinya tiba di RS.Siloam pukul 22.30 malam, ia langsung menuju ruangan dimana Rizna dirawat karena sebelumnya mama Ika sudah mengabari dimana ruang perawatannya.

Dengan muka tegang Rizky memasuki ruangan Rizna, ia langsung memeluk sang kakak dan mengusap lembut kepala Rizna.

"Na...kau pasti kuat !"

"Ky...sakkk...kittt, aku udah gak ku...attt !!!!" Rizna menangis tersedu dihadapan sang adik, Rizky pun menjadi tak tega melihat Rizna yang selalu ceria kini harus menahan sakit karena proses induksi.

"kuat ya Na, kau kan tangguh !" Rizky kembali mengusap-usap kepala Rizna lalu menghapus air mata dimata sang kakak.

Satria semakin tak karuan perasaannya, melihat Rizna kesakitan tapi ia tak bisa berbuat apa-apa, hal itu menjadi pukulan berat untuk laki-laki berdarah Batak ini. Mukanya yang terlihat sangar akan tetapi hatinya sangat lembut. Ia tak bisa menahan rasa harunya, sesekali ia ke kamar mandi menghapus tangis supaya orang lain tak mengetahui.

Waktu sudah menunjuk pukul 23.00 malam, akan tetapi proses induksi tak membuat si jabang bayi keluar, akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan operasi cesar untuk Rizna dan bayinya. Satria pun mengantar Rizna hanya sampai pintu ruang operasi, karena Satria tak diizinkan untuk menemani Rizna didalam, kesedihan pun kian terpancar diwajah Satria. Ia lalu mengecup dalam kening Rizna sebelum Rizna menjalani operasi.

"sedih banget gue Ky. Gak bisa temenin Rizna didalam, padahal momen ini yang gue tunggu !!!" Satria pun tak kuasa menahan tangisnya. Ia memukul tembok ruang operasi, lalu tubuhnya merosot kelantai.

"sabar ya kak, gue yakin Alloh SWT akan selalu lindungi Rizna dan bayi kalian." Satria hanya mengangguk sambil mengusap air mata yang jatuh dipipinya.

"Satria...sabar ya, prosedur operasi memang seperti ini, kita do'akan Rizna dan bayinya sehat selamat didalam." mama Ika memeluk menantunya yang nampak rapuh itu. Satria pun tersenyum pada sang mertua meski kesedihan masih jelas terlihat diwajahnya.

Hanya RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang