31.

992 132 69
                                    

"Bu kita harus segera melakukan operasi di kepala Djunita, karena demi kebaikan dia juga, kami tunggu persetujuan operasi satu jam dari sekarang, bila Anda setuju silahkan ambil berkas di ruang suster, permisi !" jelas Dr.Adzkia yang merawat Djunita.

"baik Dok...terimakasih !" sahut Nindy, lalu dokter pun pergi meninggalkan ruang perawatan Djunita.

"maaa....sakittttt maaa !" keluh Djunita sembari memegang kepalanya.

"kak, kamu harus segera menjalani operasi, kamu mau ya ?" Nindy mengusap kepala anaknya dengan lembut.

"aku gak mau...kemoterpi ajah, aku takut operasinya gak berhasil dan aku akan mati..."

"jangan bicara kayak gitu kak, ini demi kebaikan kamu !"

"aku gak mau...gak mau ma !!!'" Djunita kokoh dengan pendiriannya, ia tak mau menjalani operasi.

Sang mama pun kebingungan, ia lalu mengajak bicara suaminya untuk membujuk Djunita tapi nihil Djunita tetap menolak.

"bagaimana ini ma, Djunita tetap menolak ?"

"mama harus telepon Rizky, biar dia yang bicara dengan Djunita."

"oh ya ma...telepon Rizky demi Djunita !" Nindy pun mengangguk lalu ia segera menelepon Rizky.

Nindy berbicara ditelepon sangat serius dengan Rizky, Rizky pun akhirnya tiba di rumah sakit sejam setelah dikabari Nindy.

"bantu tante dan om bicara pada Djunita supaya ia mau di operasi ya Ky, tante mohon...tante mau Djunita sembuh..." ucap Nindy dengan penuh harap dan isak tangis pada Rizky.

"InsyaAlloh ya tan om. Rizky coba bicara sama Djunita." Rizky pun masuk ke ruang perawatan Djunita.

Djunita nampak tak berdaya dengan selang infus yang tertancap di tangan kanannya. Saat itu wajah Djunita sangat pucat dan terlihat air mata mengalir dikedua sisi matanya.

"Riz...ky...." ucap Djunita lemah.

"Djunita apa kabar ?" Rizky menyapa dengan lembut.

"kepalaku sakit banget, penglihatannku buram Ky. Aku gak tahan dengan sakit kepala ini." sahut Djunita dengan derai air mata.

"kamu mau ya di operasi, demi kesembuhan kamu." Rizky mengusap lengan Djunita seraya membujuknya.

"aku gak mau Ky...."

"kenapa ? Kamu mau sel kanker itu terus menyebar di kepalamu, dan membuat rasa sakitnya tak tertahan."

"aku takut kalau operasinya tak berhasil, aku akan mati Ky. Aku belum siapppp..." isak Djunita.

"kamu gak boleh kayak gitu, urusan mati urusan Alloh SWT Dju...aku minta kamu menyetujui operasinya, kamu gak kasian sama orang tuamu, mereka lelah berminggu-minggu menemani kamu di rumah sakit. Ingin kamu sembuh, ayolah Dju kamu harus mau di operasi."

"tapi kalau sampai gagal gimana ? Oke gak gagal tapi bagian kepalaku jadi cacat penuh bekas operasi aku gak cantik lagi, belum tentu ada laki-laki yang mau sama aku Ky !"

"Dju...kalau kayak gitu laki-laki itu hanya mencintai fisikmu saja. Percayalah orang yang kelak disampingmu adalah orang yang tulus dengan segala kondisimu."

"kamu mungkin bisa bicara kayak gitu, tapi laki-laki lain akan beda pandangannya, aku gak mau di operasi Ky aku mau di kemo ajah !"

"pleaseee Dju....mau ya ?" Rizky berharap jawaban Djunita iya kali ini.

"okeyyy aku mau. Tapi ada syaratnya..."

"apa ?"

"kamu tetap disini menunggu aku selama proses operasi. Gak pergi kemanapun Ky."

Hanya RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang