33.

858 136 58
                                    

"bodoh kamu Syif... BODOH! !!" ungkap Syifa menyesali perkataannya pada Rizky,  ia bercermin sembari menitikan air mata kepedihan.

Cinta itu masih ada,  bahkan masih sangat kuat untuk Rizky,  tapi entah mengapa bibir Syifa kelu,  hanya kata TIDAK yang keluar dari mulutnya.

Syifa pun kini berpindah posisi,  merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, mencoba menghubungi nomor ponsel Rizky tapi ia urungkan. Ia taruh ponsel didalam laci nakasnya.  Ia peluk erat guling dihadapannya kembali menangis tersedu dibalik guling tersebut.

"dek... Boleh abang masuk !" pinta Randy dari balik pintu kamar Syifa.

"aku mau sendiri dulu maaf ya !" sahut Syifa yang mengunci diri sejak kepergian Rizky. Randy pun tak bersuara lagi. Ia paham kondisi adiknya yang memilih sendiri ketimbang bercerita.

Syifa kini berdiri balkon kamarnya. memandangi langit malam yang diguyur hujan,  seolah alam pun ikut merasakan kesedihan yang ia hadapi.

"aku bod...dohh, maaf kak !" ucap Syifa sambil terisak. Air mata itu jatuh terus menerus tanpa ia minta,  ia hapus air mata itu dan lagi-lagi menetes.

"Dek, jika kamu merasakan berat yang menyesakkan dada itu, sedang kamu bukan lagi si kecil yang manja, ingat kau masih bersama sang malam. Duduklah bermunajat dalam gelap lalu menangislah di hadapan Ar-Rahman. Menangislah.. dan teruslah menangis layaknya kau dahulu meminta sesuatu pada ibumu, hingga Dia memberikan pintamu itu. Ketahuilah kamu sedang meminta pada Rabb pencipta yang lebih memiliki belas kasih dari ibumu, karena Dialah sang Empunya kasih." ucap Randy yang kini berada dibalkon kamarnya. Ia meminta kunci cadangan kamar Syifa pada sang mama.

"abaanggggg.... Aku bodoh bang !" Syifa memeluk Randy erat sembari terus menangis. Randy tau hati adiknya sedang sakit dan terluka. Bahkan Randy paham Syifa masih sangat peduli bahkan menyimpan rasa pada Rizky.

"Ingatlah, kalau kamu yang hari ini, bukanlah kamu yang dulu masih bersama ayunan sang ibu, hangatnya pelukan sang ayah, yang hanya dengan tangismu mereka akan memberikan yang kamu pinta. Kamu sudah besar dan tau harus mengambil sikap seperti apa,  kamu gak bodoh dek... " jelas Randy sembari mengusap punggung Syifa dengan lembut.

"tapi ini sakitttt.... Ak..akuuu gak kuat lagiiii..."

"Kamu gak perlu khawatir akan segala problema yang kamu hadapi, tenanglah. Kini kamu aman dalam hening dan sunyinya malam. Istrahatlah sejenak dalam gelap, semilir angin dan pekat malam akan menghibur jiwamu yang kusut, tersenyumlah." Randy membawa masuk sang adik ke kamarnya,  lalu menuntun Syifa untuk tidur diatas tempat tidurnya. Randy menarik selimut hingga menutup batas perut Syifa.

"makasih ya bang... Besok aku mau curhat sama abang. "

"berdo'alah karena dengan do'a hatimu tenang, aku bersama Rabbku dan Rabbmu disepertiga malam, yang akan mengabulkan semua pintamu. Hajatmu akan terwujud dalam simpul-simpul do’a yang kamu panjatkan. Jiwa merayumu untuk gundah, kamu pun sedih, kamu bimbang. Abaikanlah, nikmati kidung cinta malammu dalam dekapan cinta-Nya bersama hening malam, Abang sayang kamu." Randy mengusap kepala Syifa dengan lembut. Lalu mematikan lampu kamar Syifa,  dan bergegas keluar menuju kamarnya.

Syifa pun memutuskan untuk istirahat malam itu,  dengan sisa air mata yang masih membasahi kelopak matanya. Sisi lain seorang Rizky pun nampak gelisah, ia tak bisa memejamkan matanya padahal ia ingin segera mengakhiri malam dan bercerita pada sang mama perihal kegundahan hatinya. Rizky memutuskan untuk bicara malam itu juga, ia keluar kamar tidurnya lalu menuju kamar sang mama diketuknya pintu kamar sang dengan cukup kencang.

Tok...tok... Tok... Maaa!!!

"kayak suara Iky deh malam-malam gini,  yaa ampun jam satu malam kenapa ya,  iya sayang tunggu !" mama Ika pun bangun dari tidurnya lalu membuka pintu kamar.

Hanya RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang